Larangan Perempuan Memakai Perhiasan yang Berlebihan

Posted on

Larangan Perempuan Memakai Perhiasan yang Berlebihan Kesempatan kali ini Dutadakwah akan menyajikan “Syarah ‘Uqudullujain”, Untuk bacaan Keluarga Bahagia, mudah-mudahan sajian ini menjadi inspirasi bagi Pasangan suami istri yang mengidamkan dalam rumah tangga yang harmonis. Sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat amiin.

Larangan Perempuan Memakai Perhiasan yang Berlebihan

Pembahasan mengenai larangan bagi perempuan untuk memakai perhiasan yang berlabih ini kami tulis dari Kitab kecil yang bernama “’Uqudullujain”. Tulisan ini adalah lanjutan yang ke 25, Dan untuk lebih jelasnya mengenai prihal ini mari kita sama-sama ikuti uraiannya berikut ini:

Mukodimah

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِن فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَىْ اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحُثُّكُمْ وَنَفْسِيْ عَلَى طَاعَةِ اللهِ فِيْ كُلِّ وَقْتِ لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Puji dan Syukur senantiasa tetap kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT. Sholawat dan salamnya semoga tetap tercurahkan ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…

Saudara dan saudariku seiman yang dirahmati Allah SWT. Sudah menjadi pandangan mata di zaman sekarang tidak sedikit kaum perempuan yang memamerkan kecantikannya dengan memakai perhiasan-perhiasan yang berlebih sehingga diduga hal itu bisa menjadi perhatian serius kaum pria padahal yang sebenarnya itu dilarang,  untuk lebih jelasnya berikut inilah materinya yang kami sajikan:

Larangan Perempuan Pergi ke Masjid Dengan Berhias Yang Berlebih

وَرُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ) وَأْصْلُ بَيْنَ أَنْ تَضَافَ لِمُتَعَدَدٍ غَيْرَ جُمْلَةٍ، فَكَفَتْهَا مَا عَنِ الْإِضَافَةِ لِلْمُفْرَدِ، أَوْ عَنِ الْإِضَافَةِ أَصْلًا فَصَارَتْ لِمُجَرَدِ الرِّبْطِ وَالْمُفَاجَأَةِ. وَإِذَ بَعْدَهَا لِمُجَرَّدِ تَأْكِيْدٍ مَفَاجَأَتِهَا. وَرَسُوْلُ اللهِ مُبْتَدَأٌ. وَجَالِسٌ خَبَرُهُ. كَذَا قَالَهُ شَيْخُنَا يُوْسُفَ. وَقَالَ أَحْمَدُ الدَّرْدِيْرِ: بَيْنَمَا ظَرْفُ زَمَانٍ تُضَافُ إِلَى الْجُمَلِ ثُمَّ ضُمِنَتْ مَعْنَى الشَّرْطِ، فَلَذَا كَانَتْ لَا بُدَّ لَهَا مِنْ جَوَابٍ، وَجَوَابُهَا لَا بُدَّ أَنْ يَكُوْنَ مَقْرُوْنًا بِإِذْ كَمَا هُنَّا، أَوْ بِإِذًا الْفُجَائِيَتَيْنِ، وَالْمَعْنَى بَيْنَ أَوْقَاتِ كَوْنِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم جَالِسًا فِيْ الْمَسْجِدِ (إِذْ دَخَلَتِ امْرَأَةٌ مِنْ مُزَيْنَةَ) بِالتَّصْغِيْرِ إِسْمُ قَبِيْلَةٍ مِنْ مُضَرٍّ، وَهُوَ مُزَيْنَةُ بْنُ أَدِ بْنِ طَابَخَةَ بْنِ إِلْيَاسَ بْنِ مُضُرٍّ (تَرْفَلُ) بِفَتْحِ الْحَاءِ أَيْ تَطِيْلُ ثِيَابَهَا (فِي زِيَنِةٍ لَهَا فِي الْمَسْجِدِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَا أَيُّهَا النَّاسُ ! انْهَوْا نِسَاءَكُمْ عَنْ لُبْسِ الزِّيَنِةِ وَالتَّبَخْتُرِ) أيْ تَحْسِيْنُ الْمَشِيِّ (فِي الْمَسْجِدِ، فَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَمْ يُلْعَنُوا، حَتَّى لَبِسَ نِسَاؤُهُمُ الزِّيِنَةَ، وَتَبَخْتَرُوا) أي مَشُوْا مُتَكَبِّرِيْنَ (فِي الْمَسْجِدِ”). رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ. وَهَذِهِ الزِّيْنَةُ كَبِيْرَةٌ إِذَا تَحَقَقَتِ الْفِتْنَةُ. أَمَّا مُجَرَّدُ خَشْيَتِهَا فَهُوَ مَكْرُوْهٌ، أَوْ مَعَ ظَنِّهَا فَهُوَ حَرَامٌ غَيْرَ كَبِيْرَةٍ كَمَا أَفَادَهُ ابْنُ حَجَرٍ

Inti arti hadits di atas adalah: Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a.: Suatu ketika Rosulullah sedang duduk di mesjid, datanglah seorang wanita dari kabilah muzainah, ia memanjangkan pakaiannya dalam mesjid. Maka bersabda Rosulullah s.a.w.: Wahai sekalian manusia, cegahlah istri-istrimu dari memakai perhiasan dan berlenggok dalam mesjid, Sesungguhnya Bani isroil tidak dilaknat sehingga istri-istri mereka mengenakan perhiasan dan berlenggok menuju mesjid (HR.Ibnu Majah(

Penjelasan nahwunya:

Telah diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a.: Suatu ketika Rosulullah sedang duduk di mesjid, (adpun asal kata “Baina” ia dimudhofkan pada hitunga selain jumlah, huruf Mahanya menjaga dari idhofat terhadap kalimah mufrod, atau dari idhofat pada asalnya, maka lafadz “Baina” hanya menjadi untuk menyambung dan mengagetkan. Adapun huruf “Idz” yang sesudahnya adalah hanya untuk mengukuhkan mufaja-itnya perempuan. Adapun lafadz “Rosulullah” itu posisi jadi mubtada, lafadz “Jalisunmenjadi khobar mubtada. Seperti inilah yang diterangkan guru kita “YUSUF”.

Dan Berkata Ahmad ad-Dardiri: Lafadz “Bainama” itu dzorof zaman yang dimudofkan kepada jumlah, kemudian tersimpan makna syaratnya, maka oleh karenanya terbukti keharusannya dari adanya jawab. Dan adapun jawabnya adala kata: “LABUDA” artinya: tidak boleh tidak ia harus dibarngkan dengan huruf: “IDZ seperti yang ada di sini. Tau denga huruf: IDZAN” Puja-at keduanya.

Adapuun maknanya adalah: “Pada waktu Rasulullah dalam keadaan sedang duduk di Masjid tiba-tiba masuk seorang perempuan dari Muzainah, (dengan tasgir yaitu sebuah nama kabilah dari Mudhor, yaitu: Muzainah bin Adi bin Thobakhoh bin Ilyas bin Mudhor ia memanjangkan pakaian (dibaca fathah huruf “Fa” yakni ia memanjangkan pakaiannya dala perhiasanya jalan ke masjid, maka Rasulullah s.a.w. bersabda: “Wahai sekalian manusia, cegahlah istri-istrimu dari memakai perhiasan dan berlenggok dalam mesjid, Sesungguhnya Bani isroil tidak dilaknat sehingga istri-istri mereka mengenakan perhiasan dan berlenggok menuju mesjid” (HR.Ibnu Majah(. Menampakakn Perhiasan ini menjadi dosa besar jika ternyata menimbulkan fitnah, adapun kalau hanya sekedar takut fitnah saja (dan aman dari fitnah) maka ini hukumnya makruh, kalau ada sangkaan fitnah maka hukumnya haram dan bukan dosa besar sebagaimana yang telah diambil faidah oleh Ibnu Hajar.

Hukum Perempuan Berfarfum yang Menggoda Pria

وَقَالَ النَبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ) أَيْ اِسْتَعْمَلَتِ الْعَطِرَ، وَهُوَ الطَّيِّبُ. وَالْمُرَادُ بِهِ مَا يُظْهِرُ رَيْحَهُ (ثُمَّ خَرَجَتْ) أيْ مِنْ بَيْتِهَا (فَمَرّتْ عَلَى قَوْمٍ) مِنَ الْأَجَانِبِ (لِيَجِدُوا رِيْحَهَا) عِلَةٌ لِمَا قَبْلَهُ (فَهِيَ زَانِيَةٌ) أَيْ كَالزَّانِيَةِ فِي حُصُوْلِ الْإِثْمِ وَإِنْ تَفَاوَتَ (وَكُلُّ عَيْنٍ) نَظَرَتْ إِلَى مُحَرَّمٍ (زَانِيَةٌ) كَمَا تَقَدَّمَ. رواهُ الإمامُ أَحْمَدَ وَالنَّسَائِي وَالْحَاكِمُ، عَنْ أَبِيْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيُّ

Nabi s.a.w. bersabda: Mana saja seorang wanita memakai wewangian kemudian ia keluar dari rumahnya dan ia melewati kaum (ajnabiy) supaya kaum itu juga bisa mencium wangi wanita tersebut, Maka wanita itu telah berzina (seperti zina, sama-sama berdosa walaupun beda masalahnya). Dan setiap mata yang melihat pada perkara yang diharamkan maka itu zina. Sebagaimana yang terdahulu. (HR. Imam Ahmad,Nasa`i dan Hakim dari Abi Musa Al-Asy’ary)

Kebanyakan Orang Fakir itu Ahli Surga

وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اطَّلَعْتُ) بِتَشْدِيْدِ الطَّاءِ الْمُهْمَلَةِ (فِيْ الجَنّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ) وَلَيْسَ هَذَا يُوْجِبُ فَضْلَ الْفَقِيْرِ عَلَى الْغَنِيِّ، وَإِنَّمَا مَعْنَاهُ أَنَّ الْفُقَرَاءَ فِي الْجَنَّةِ أَكْثَرُ مِنَ الْأَغْنِيَاءِ فَأُخْبِرَ عَنْ ذَلِكَ كَمَا تَقُوْلُ أَكْثَرُ أَهْلِ الدُّنْيَا الْفُقَرَاءُ إِخْبَارًا عَنِ الْحَالِ، وَلَيْسَ الْفَقْرُ أَدْخَلَهُمُ الْجَنَّةَ، وَإِنَّمَا دَخَلُوْا بِصَلَاحِهِمْ مَعَ الْفَقْرِ، فَإِنَّ الْفَقِيْرَ إِذَا لَمْ يَكُنْ صَالِحًا لَا يَفْضُلُ. قَالَ الْعَزِيْزِيُّ: وَظَاهِرُ الْحَدِيْثِ تَحْرِيْضُ عَلَى تَرْكِ التَّوَسُعِ مِنَ الدُّنْيَا، كَمَا أَنَّ فِيْهِ تَحْرِيْضُ النِّسَاءِ عَلَى الْمُحَافِظَةِ عَلَى أَمْرِ الدِّيْنِ لِئَلَا يَدْخُلْنَ النَّارَ كَمَا قَالَ: (وَاطَّلَعْتُ في النّارِ) أَيْ نَارِ جَهَنَّمَ أَيْ عَلَيْهَا (فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النّسَاءَ). رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ وَالتُّرْمُذِيُّ عَنْ أَنَسٍ، وَالْبُخُارِيُّ وَالتُّرْمُذِيُّ عَنْ عِمْرَانْ بْنِ حُصَيْنِ

Rosulullah s.a.w. bersabda: (Aku diperlihatkan keadaan dalam syurga, aku melihat kebanyakan penduduk syurga adalah dari golongan Fakir), Hadits ini bukan berarti menunjukkan keutamaannya orang fakir diatas orang kayak, makna yang sesungguyhnya, bahwasanya oaring-orang fakir di dalam surga itu lebih banyak daripada orang kaya, maka dikhabarkan tentang hal tersebut sebagaimana kamu mengatakan: bahwa kebanyakan penduduk dunia itu adalah orang fakir keadaannya, dan ini bukan berarti fakir bisa memasukkan mereka ke dalam ssurga, sesungguhnya mereka masuk surge itu karena kesholihan mereka yang disertai kondisi fakir, orang fakir jika tidak sholih ya tidak ada kelebihan,

Al-‘Azizi berkata: “dzohirnmya hadits ini adalah: “Menyuruh untuk meninggalkan berhura-hura dari dunia, Sebagaimana ddi situ disuruhnya kaum wanita untuk menjaga perkara agama agar supaya mereka tidak masuk neraka. Sebagaiman Sabda Rasulullah s.a.w.: (Dan aku diperlihatkan keadaan dalam neraka, (yakni neraka jahanam) aku melihat kebanyakan pengisinya adalah wanita. (HR Imam Ahmad, Muslim dan Turmudzi dari Anas juga diriwayatkan oleh Bukhori dan Turmudzi dari Imron bin Husain).

Larangan Perempuan Memakai Perhiasan yang Berlebihan
Larangan Perempuan Memakai Perhiasan yang Berlebihan

Penyebab Banyaknya Perempuan Masuk Neraka

وَذَلِكَ) أَيْ كَثْرَةُ دُخُوْلِ النِّسَاءِ فِي النَّارِ (لِقِلَّةِ طَاعَتِهِنَّ للهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَزْوَاجِهِنَّ وَكَثْرَةِ تَبَرُّجِهِنَّ) وَلِأَنَّ كُفْرَانَ الْعَشِيْرِ وَتَرْكَ الصَّبْرِ عِنْدَ الْبَلَاءِ فِيْهِنَّ أَكْثَرُ (وَالتَبَرُّجُ هُوَ إِذَا أَرَادَتْ الْخُرُوْجَ مِنْ بَيْتِهَا لَبِسَتْ أَفْخَرَ ثِيَابِهَا) أي أَعْظَمِهَا (وَتَجَمَّلَتْ) أي تَزَيَّنَتْ (وَتَحَسَّنَتْ) أي اِجْتَلَبَتِ الْإِضَاءَةَ (وَخَرَجَتْ تُفْتِنُ النَاسَ) أيْ تَسْتَمِيْلُهُمْ (بِنَفْسِهَا، فَإِنْ سَلِمَتْ فِيْ نَفْسِهَا لَمْ يُسَلِّمِ النَاسُ مِنْهَا. وَلِهذَا) أي لِعَدَمِ سَلَامَةِ النَّاسِ مِنْهَا

Demikian (banyak wanita yang masuk neraka) karena sedikit taat mereka kepada Allah dan rosul-Nya, dan kepada suami mereka. dan banyak tabarrujnya. Dan karena kekufuran perempuan kepada laki-laki yang mempergauli juga meninggalkan sabar dari ujian bala yang terjadi pada perempuan itu paling banyak.

Tabarruj itu ketika seorang wanita akan keluar rumah, ia mengenakan pakaian yang paling bagus, ia berhias dan menggunakan perhiasan dan mempercantik diri dan keluar dengan menebar fitnah pada manusia (mengundang perhatian banyak orang atas kecantikannya, pakaiannya, perhiasannya dll) Jika ia selamat akan dirinya,belum tentu manusia selamat dari fitnahnya.

Demikian Uraian kami tentang Larangan Perempuan Memakai Perhiasan yang Berlebihan – Semoga dapat bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua sebagai Pasangan Suami Istri yang ingin membina rumah tangganya untuk mecapai mardhotillah. Abaikan saja uraian kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ