Kisah Keajaiban Seorang Pandai Besi Memegang bara api

Posted on

Kisah Keajaiban Seorang Pandai Besi Memegang bara api  Seorang tukang Padai Besi mendapatkan karomah tidak terbkar api, kisahnnya akan Duta Dakwah tuliskan menukil dari “Syarah ‘Uqudullujain”, Untuk bacaan siapa saja yang suaka membacanya mudah-mudahan setelah membacanya, bisa mengambil pelajaran hikmahnya.

Kisah Keajaiban Seorang Pandai Besi Memegang bara api

Pembahasan mengenai seorang pandai besi yang mendapatkan kromah yang kami nukilkan dari “’Uqudullujain”. ini adalah lanjutan materi kami tentang rumah tangga materi dari uqudullujain yang ke 39, untuk lebih terangnya mengenai hal ini mari kita baca bersama uraiannya berikut ini:

Mukodimah

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، الَّذِيْ قَدْ أَوْجَدَ مِنْ نُّوْرِهِ نُوْرًا بِهِ عَمَّ الْهُدَى. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،  وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.. أما بعد

Segala puji bagi Allah SWT. Sholawat dan salam-Nya semoga tetap tercurahkan ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…

Saudara dan saudariku seiman yang dirahmati Allah SWT. Setiap perbuatan pasti ada balasannya, jika kita beramal sholih, berkelakuan baik pasti Allah menghargai apa yang sudah kita kerjakan, hal itu adalah merupakan janji Allah, dan Allah tidak akan pernah ingkar janji. Doa orang yang dekat dengan Allah pasti diqobulnya, bahka bila Allah menghendaki pasti bisa langsung Allah perlihatkan seketika itu juga sebagaimana yang terjadi pada Al-Hadad. Lalu bagaimanan kisahnyan al-Hadad?  Berikut inilah Kisahnya:

Kisah Seorang Pandai Besi

حُكِيَ} عَنْ بَعْضِهِمْ: أَنَّهُ قَالَ: عِنْدَنَا رَجُلٌ حَدَادٌ كَانَ يُدْخِلُ يَدَهُ فِي النَّارِ، وَيُخْرِجُ بِهَا الْحَدِيْدَ الْمُحْمَي وَلَا تَمَسُّهُ النَّارُ، فَقَصَدَهُ رَجُلٌ لِيَنْظُرَ صِدْقَ ذَلِكَ الْأَمْرِ، وَسَأَلَ عَنِ الْحَدَادِ. فَلَمَّا رَآهُ يَصْنَعُ كَمَا وَصَفَ لَهُ أَمَهَلَهُ الرَّجُلُ، حَتَّى فَرَغَ مِنْ صَنْعَتِهِ، فَأَتَاهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ، فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامُ. فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: “إِنِّيْ ضَيْفُكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ”. فَقَالَ: “الْحَدَادُ حُبًّا وَكَرَامَةً”، فَمَضَى بِهِ إِلَى مَنْزِلِهِ، وَتَعَشَّى مَعَهُ، وَبَاتَ وَهُوَ مَعَهُ، فَلَمْ يَزِدْ عَلَى فَرْضِهِ، وَنَامَ إِلَى الصُّبْحِ. فَقَالَ الرَّجُلُ فِيْ نَفْسِهِ: “لَعَلَّهُ اِسْتَتَرَ مِنِّيْ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ”. فَبَاتَ عِنْدَهُ ثَانِيْ لَيْلَةٍ، وَهُوَ عَلَى حَالِهِ، لَايَزِيْدُ عَلَى الْفَرْضِ. فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: “يَا أَخِيْ، إِنِّيْ سَمِعْتُ مَا أَكْرَمَكَ اللهُ بِهِ، وَرَأَيْتُهُ ظَاهِرًا عَلَيْكَ، ثُمَّ نَظَرْتُ، فَمَا رَأَيْتُ مِنْكَ كَثْرَةَ عَمَلٍ، وَلَمْ تَزِدْ عَلَى فَرْضِكَ. فَمِنْ أَيْنَ لَكَ هَذِهِ الْمَرْتَبَةُ ؟

Dikisahkan  dari sebagian para Ulama beliau berkata: Bahwasanya dizaman kami ada seorang laki-laki ysng menjadi tukang pandai besi, bila ia memasukkan tangannya dalam api maka ketika ia keluarkan ia menggenggam besi yang sudah dibakar dan tangannya tidak ikut terbakar. Maka suatu ketika ada seorang laki-laki yang bertamu pada si pandai besi ini untuk melihat kebenarannya cerita ini, lalu kemudia ia bertanya tentang tukang pandai besei tersebut. Ketika ia telah menyaksikan pekerjaannya sebagaimana yang telah disipatinya tentang kehebatannya, maka laki-laki tersebut menungguinya sampai tukang pandai besi itu selesai dari pekerjaannya. Kamudian dia mendatanginya dan bersalam kepadanya, tukang pandai besi pun menjawab salamnya. Kemudian laki-laki tersebut berkatalah kepada Tukang pandai besi: “Aku Menjadi Tamu Mu Pada Malam Ini”.

Tukang Pandai besi berkata: aku menyukai dan aku memuliakanmu. tamu ini diajak kerumah al-hadad, ia melewati sore dan malam bersama al-hadaad, makan malam bersamanya semalaman juga tetap bersamanya, ternyata al-hadad tidak menambahi ibadah dari yang selain fardhu. Maka tamu ini berkata dalam hatinya: mungkin ia masih menutupi sesuatu padaku pada malam ini. kemudian tamu ini menginap untuk malam kedua, dan ia menyaksikan ia hanya menjalankan fardhu saja seperti malam pertama.

Maka berkatalah tamu ini pada al-hadaad: Saudaraku… aku telah mendengar cerita akan kemuliaan yang allah berikan padamu, dan aku telah melihat sebagiannya secara dzohir ( tidak terbakar tangannya ketika dimasukkan dalam tungku pembakaran besi) tapi aku melihat bahwa engkau tidaklah melakukan ibadah yang banyak, lalu dari mana engkau mendapatkan martabat tersebut?,

Jawaban Al-hadad tentang Karomahnya

فَقَالَ لَهُ الْحَدَادُ: “يَا أَخِيْ، إِنَّهُ كَانَ لِيْ حَدِيْثٌ عَجِيْبٌ وَأَمْرٌ غَرِيْبٌ، وَذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ لِيْ جَارَةٌ جَمِيْلَةٌ، وَكُنْتُ بِهَا مُوْلِعًا، فَرَاوَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا مِرَارًا عَدِيْدَةً، فَلَمْ أَقْدِرْ عَلَيْهَا لِاِعْتَصِامِهَا بِالْوَرَعِ، فَجَاءَتْ سَنَّةٌ قَحْطٌ، وَعَدَمُ الطَّعَامِ وَعَمُّ الْجُوْعِ الْأَنَامَ، فَبَيْنَمَا أَنَا يَوْمًا مِنَ الْأَيَّامِ جَالِسُ بِبَيْتِيْ إِذًا بِقَارَعٍ يَقْرَعُ الْبَابَ فَخَرَجْتُ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ، فَإِذًا بِهَا وَاقِفَةٌ بِالْبَابِ، فَقَالَتْ: “يَا أَخِيْ، أَصَابَنِيْ جُوْعٌ شَدِيْدٌ، فَهَلْ لَكَ أَنْ تُطْعِمُنِيْ لِلّٰهِ ؟”. فَقُلْتُ لَهَا: “أَمَّا تَعْلَمِيْنَ مَا أَنَا فِيْهِ مِنْ حُبِّكِ، فَمَا أَطْعِمُكِ إِلاَّ إِنْ مَكَنْتِنِيْ مِنْ نَفْسِكِ”. فَقَالَتْ: “الْمَوْتَ، وَلَا مَعْصِيَّةَ مَعَ اللهِ”. وَمَضَتْ إِلَى مَنْزِلِهَا

Al-hadaad berkata(Tukang Pandai Besi): saudaraku, aku punya cerita yang aneh dan kejadian yang langka, begini….dulu aku mempunyai tetangga perempuan yang sangat cantik dan aku berusaha mencari taktik dan siasat untuk mendapatkannya namun aku tak pernah bisa mengelabuinya karena dia adalah wanita yang waro’. hingga datanglah tahun peceklik dimana semua manusia kelaparan karena tidak ada makanan. suatu hari aku duduk dalam rumahku, tiba-tiba pintu rumahku ada yang mengetuk dan ketika aku buka pintu ternyata tetanggaku yang cantik sedang berdiri, dan ia berkata padaku: saudaraku… aku sedang mengalami kelaparan yang sangat, apakah engkau akan memberiku makan karena allah ? maka aku berkata padanya: Aku menyukaimu dan aku takkan memberikan makananku padamu kecuali engkau menyerahkan dirimu padaku. Wanita itu berkata: Jika demikian aku akan memilih mati, aku takkan melakukan ma’syiat kepada Allah, kemudian perempuan itupun pulang dari rumah al-hadaad ke rumhanya.

Kembalinya Perempuan tersebut dua hari setelahnya

فَلَمَّا كَانَتْ بَعْدَ يَوْمَيْنِ عَادَتْ إِليَّ، وَقَالَتْ لِيْ كَالْمَرَّةِ الْأُوْلَى، فَأَجَبْتُهَا مِثْلَ جَوَابِيْ الْأَوَّلِ، فَدَخَلْتُ وَقَعَدْتُ فِيْ الْبَيْتِ وَقَدْ أَشَرَفَتْ عَلَى الْهِلَاكِ، فَلَمَّا جَعَلْتُ الطَّعَامَ بَيْنَ يَدَيْهَا ذَرِفَتْ عَيْنَاهَا بِالدُّمُوْعِ، ثُمَّ قَالَتْ: “هَذَا لِلّٰهِ”، فَقُلْتُ: “لِأَنْ تُمَكِّنِيْنِيْ مِنْ نَفْسِكِ”. فَقَامَتْ وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهُ شَيْئًا وَخَرَجَتْ مِنْ عِنْدِيْ إِلَى مَنْزِلِهَا

Setelah mendapat dua hari kemudian wanita itu kembali lagi dengan keperluan yang sama seperti semula dan aku menawarkan hal yang sama pula seperti yang pertama kali, Maka kemudian wanita itu masuk dan duduk di dalam rumahku dan aku lihat kondisinya akan meninggal jika tidak cepat diberi makanan (tidak makan dalam beberapa hari) maka aku menyiapkan makanan dan aku suguhkan di depan wanita ini dan wanita itu menangis.

wanita itu berkata: apakah ini engkau lakukan karna Allah ? Aku menjawab: Tidak ! namun dengan syarat engkau mau menyerahkan dirimu padaku. wanita ini bangkit dan keluar dari rumahku (al-hadad tanpa makan) pulang ke rumahnya.

Perempuan itu kembali lagi stelah dua hari

فَلَمَّا كَانَتْ بَعْدَ يَوْمَيْنِ عَادَتْ إِليَّ، وَقَالَتْ لِيْ كَالْمَرَّةِ الْأُوْلَى، فَأَجَبْتُهَا مِثْلَ جَوَابِيْ الْأَوَّلِفَلَمَّا كَانَ بَعْدَ يَوْمَيْنِ إِذًا بِهَا تَقْرَعُ الْبَابَ، فَخَرَجْتُ إِلَيْهَا، وَهِيَ وَاقِفَةٌ بِالْبَابِ، وَقَدْ قَطَعَ الْجُوْعُ صَوْتَهَا وَقَصَمَ ظَهْرُهَا فَقَالَتْ: “يَا أَخِيْ، أَعْيَتَنِيْ الْحَيْلُ وَلَمْ أَقْدِرْ عَلَى التَّوَجُّهِ لِأَحَدٍ غَيْرَكَ، فَهَلْ لَكَ أَنْ تُطْعِمُنِيْ لِلّٰهِ ؟”. فَقُلْتُ: “نَعَمْ، إِنْ مَكَنْتِنِيْ مِنْ نَفْسِكِ”. فَأَطْرَقَتْ رَأْسَهَا سَاعَةً، ثُمَّ دَخَلْتُ وَقَعَدْتُ فِيْ الْبَيْتِ، وَلَمْ يَكُنْ عِنْدِيْ طَعَامٌ، فَقُمْتُ وَأَضْرَمْتُ النَّارَ وَصَنَعْتُ لَهَا طَعَامًا. فَلَمَّا وَضَعْتُهُ بَيْنَ يَدَيْهَا تَدَارَكَنِيْ لُطْفُ اللهِ تَعَالَى، وَقُلْتُ فِيْ نَفْسِيْ: “وَيْحَكِ يَا هَذَا، اِنَّ هَذِهِ اِمْرَأَةٌ نَاقِصَةُ عَقْلٍ وَدِيْنٍ تَمْتَنِعُ مِنْ طَعَامٍ لَا قُدْرَةَ لَهَا عَلَيْهِ، وَهِيَ تَتَرَدُدُ الْمَرَّةَ بَعْدَ الْمَرَّةِ مِنْ أَلَمِ الْجُوْعِ، وَأَنْتِ لَا تَنْتَهِى عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ تَعَالَى

Setelah dua hari kemudian wanita itu datang kembali dengan keperluan yang sama dia berkata dengan terbata-bata karena rasa lapar yang ia alami dan ia agak membungkuk karena rasa lapar yang teramat sangat. Perempuan itu berkata: saudaraku, hanya engkau yang aku harapkan membantu menghilangkan kelaparanku, apakah engkau akan memberiku makan karna allah ? aku berkata: Ya, dengan syarat yang terdahulu. Wanita ini menundukan kepalanya beberapa saat kemudian ia masuk dan duduk dalam rumahku, hari itu tidak ada makanan dalam rumahku, kemudian aku menyiapkan bahan makanan dan aku memasaknya dan segera aku suguhkan pada wanita itu dan ketika aku menyodorkan makanan itu padanya maka timbulah rasa terenyuh dalam hatiku

Dan aku berkata dalam hati : Celakalah aku… wanita ini hanya makhluq yang lemah secara akal dan agama, aku menolak memberi makan padanya yang ia tidak bisa mencarinya, ia kembali bolak balik karena rasa laparnya namun engkau tidak berhenti untuk ma’syiat kepada Allah (yang selalu mengajukan persyaratan yang bejat)

Kisah Keajaiban Seorang Pandai Besi Memegang bara api
Kisah Keajaiban Seorang Pandai Besi Memegang bara api

Laki-laki Al-Hadad bertaubat

ثُمَّ قُلْتُ: اللَّهُمَّ إِنِّيْ تَائِبٌ إِلَيْكَ مِمَّا كَانَ مِنِيْ. إِنِّيْ لَا أَقْرَبُهَا فِيْ مَعْصِيَةِ أَبَدًا، فَدَخَلْتُ إِلَيْهَا فَقُلْتُ لَهَا: “كُلِيْ وَلَا رَوَعَ عَلَيْكِ فَإِنَّهُ لِلّٰهِ تَعَالَى”. فَلَمَّا سَمِعَتْ ذَلِكَ رَفَعَتْ رَأْسَهَا إِلَى السَّمَاءِ، وَقَالَتْ: “اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ صَادِقًا فَحَرِّمْ عَلَيْهِ النَّارَ فِيْ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ. قَالَ: فَتَرَكْتُهَا تَأْكُلُ، وَقُمْتُ لِأَزِيْلَ النَّارَ. وَكَانَ ذَلِكَ فِيْ زَمَانِ الشِّتَاءِ، فَوَقَعْتُ جُمْرَةٌ عَلَى قَدَمِيْ فَلَمْ تَحْرُقُنِيْ. فَدَخَلْتُ إِلَيْهَا، وَأَنَا فَرْحٌ مَسْرُوْرٌ. وَقُلْتُ: “أَبْشِرِيْ، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى أَجَابَ دُعَاءَكِ”. فَرَمَتْ اللُّقْمَةَ مِنْ يَدِهَا، وَسَجَدَتْ شُكْرًا لِلّٰهِ تَعَالَى، وَقَالَتْ: “اللَّهُمَّ أَرَيْتَنِيْ فِيْ هَذَا الرَّجُلِ، فَاَقْبِضْ رُوْحِيْ هَذِهِ السَّاعَةَ”. فَقَبَضَ اللهُ رُوْحَهَا وَهِيْ سَاجِدَةٌ. وَهَذَا حَدِيْثِيْ يَا أَخِيْ وَاللهُ أَعْلَمُ

Kemudian aku berkata: Ya Allah sungguh aku bertaubat atas apa yang telah aku lakukan, aku takkan mendekati perkara ma’syiyat sampai kapanpun.

Kemudia aku masuk dan aku berkata pada wanita itu: Makanlah dan jangan khawatir aku suguhkan ini karena Allah.  Maka ketika wanita itu mendengar ucapanku ia mengangkat wajahnya ke langit dan berdo’a: “Ya Allah jika ia benar dengan ucapannya,maka hindakanlah ia dari api dunia dan akhirat”. kemudian aku meninggalkan wanita itu karena ia akan makan. Aku berdiri dan pergi hendak memadamkan api dan itu terjadi di musim kemarau maka kakiku menginjak bara api tapi kakiku tidak terbakar. Kemudian aku masuk menemui wanita itu dalam keadaan aku sangat bahagia dan aku berkata: Ini menjadi kebahagianku, Sungguh Allah mengijabah do’amu. Wanita itu melempar suapan ditangannya dan ia bersujud karena bersyukur pada Allah, dan ia berkata: Ya Allah…engkau telah memperlihatkan kebesaran-Mu melalui laki-laki ini, Aku mohon cabutlah ruh ku saat ini juga. Kemudian Allah mencabut ruh nya dalam keadaan ia sedang melakukan sujud.

Inilah kejadian yang aku alami wahai saudaraku (al-hadad menutup ceritanya kepada tamunya.)

Demikian Uraian cerita tentang Kisah Keajaiban Seorang Pandai Besi Memegang bara api – Semoga para pembaca bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Abaikan saja uraian kisah ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ