Sunah Berbuka dengan Ruthob Sesuai Sunnah

Posted on

Sunah Berbuka dengan Ruthob Sesuai Sunnah – Para pembaca yang kami banggakan Pada Materi Kultum Sebelumnya kami sudah menerangkan: Ramadhan Tentang Keutamaan Menyegerakan berbuka dan untuk yang sekarang ini Dutadakwah akan menyampaikan: Kultum Ramadhan Tentang Sunah Berbuka dengan Ruthob atau Kurma.dan ini In Syaa Allah akan kami sampaikan secara singkat.

Sunah Berbuka dengan Ruthob Sesuai Sunnah

Untuk lebih jelasnya sebaiknya silahkan baca Kultum Duta Dakwah dibawah ini dengan baik.

Materi Kultum.

بسم الله الرّحمن الرّحيم السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

Hadhirin wal-Hadhirat sidang jama’ah yang dirahmati Allah SWT, Puji dan Syukur senantiasa kita panjartkan ke hadhirat Allah SWT, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan ke haribaan nabi agung Muhammad s.a.w.

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah melalui kesempatan ini kami akan sampaikan Materi kita tentang Keutamaan Menyegerakan berbuka.

Mempercepat Persiapan Pebukaan

وَعَنْ أَبِيْ إِبْرَاهِيْمَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِيْ أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قَالَ : سِرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ لِبَعْضِ الْقَوْمِ : يَا فُلَانُ اِنْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا، فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللَّهِ لَوْ أَمْسَيْتَ؟

قَالَ : اِنْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا، قَالَ : إِنَّ عَلَيْكَ نَهَاراً، قَالَ : اِنْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا، قَالَ : فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُمْ، فَشَرَبَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ : إِذَا رَأَيْتُمْ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَهُنَا فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ قِبَلَ الْمَشْرِقِ. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ

Dari Abu Ibrahim iaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu ‘anhuma, katanya; “Kita berjalan – yakni berpergian – bersama Rasulullah s.a.w. dan beliau s.a.w. berpuasa. Ketika matahari terbenam, lalu beliau bersabda kepada sebahagian kaum-yang mengikuti perjalanan itu; “Hai Fulan, turunlah lalu masaklah roti itu dengan air untuk kita.” Orang itu berkata; “Andaikata petang hari nanti, tentunya lebih baik.”Maksudnya; Oleh sebab nampak masih agak siang, maka alangkah baiknya kalau memasaknya itu menantikan agak petang sedikit. Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi; “Turunlah lalu masaklah roti dengan air untuk kita.

” Orang itu berkata lagi; “Sesungguhnya hari ini masih siang bagi Tuan – guna berbuka.” Beliau s.a.w. bersabda lagi; “Turunlah, lalu masaklah roti dengan air untuk kita.” Yang meriwayatkan Hadis ini berkata; “Orang yang disuruh tadi lalu turun, kemudian ia memasak roti dengan air untuk orang banyak. Rasulullah s.a.w. lalu minum kemudian bersabda; “Apabila engkau semua telah melihat waktu malam datang dari sebelah sini -yakni sebelah timur, maka benar-benar sudah waktunyalah seseorang yang berpuasa itu berbuka.” Beliau bersabda demikian sambil menunjuk dengan tangannya ke arah sebelah timur. (Muttafaq ‘alaih)

قَوْلُهُ، اِجْدَحْ، بِالْجِيْمِ ثُمَّ دَالٍ ثُمَّ حَاءٍ مُهْمَلَتَيْنِ : أَيْ اِخْلَطِ السَّوِيْقَ بِالْمَاءِ

Sabdanya: Ijdah dengan menggunakan Jim lalu dal lalu ha’ yang keduanya muhmalah, artinya ialah campurlah roti sawiq dengan air.

Berbuka dengan Kurma

Jama’ah yang diraاmati Allah SWT, Jika kurma itu ada, lain halnya kalau tidak ada, sebaiknya pada saat kita berbuka setelah kita panjatkan do’a maka awali berbuka dengan mengunyah kurma, demikan ini diterangkan dalam sabda beliau s.a.w. :

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ الضَّبِيِّ الصَّحَابِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمَرٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ فَإِنَّهُ طَهُوْرٌ، رَوَاهُ أبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

Dari Salman bin ‘Amr ad-Dhahabi ash-Shahabi r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Jikalau seseorang di antara engkau semua berbuka, maka hendaklah berbuka atas kurma, tetapi apabila tidak menemukan kurma, maka hendaklah berbuka atas air, kerana sesungguhnya air itu suci.” Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

Demikian itulah dalil sunahnya berbuka puasa dengan kurma, dan bahkan seyogyanya lebih didahulukan kurma yang setengah matang yang rasanya masih agak bercampur asam manis iaitu buah kurma yang masih kuning kalo memang ada, tapi tak mengapa kalo tidak ada yang penting kurma, bahkan ada yang mengkiyaskan penggantinya dengan sesuatu yang manis-manis tanpa pemanis sebagaimana diterangkaan dalam Kitab Kifayatul-Akhyar.

Berbuka dengan Ruthob

Ruthob yang kami maksud adalah buah kurma yang masih gemading yakni masih kuning hampir matang rasanya dominasi manis disertai ada rasa asam manis. Demikian ini diterangkan dalam sabda rasulullah s.a.w. :

Anjuran Berbuka dengan Ruthob, Kurma kemudian air

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ؛ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ. رَوَاهُ أبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ

Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu berbuka sebelumnya melakukan shalat – Maghrib – atas beberapa buah kurma basah, tetapi apabila tidak ada kurma basah, maka berbuka atas kurma biasa, tetapi apabila tidak ada kurma, maka beliau s.a.w. minum beberapa teguk air.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

Berbuka dengan yang manis-manis

Jika tidak adak Ruthob, tidak ada kurma, maka sebagian ulama mengkiyaskan dengan buah-buhan yang manis tanpa pemanis, dan dalam kiyas ini ada ikhtilaf, namun sekalipun ikhtilaf kami juga perlu sampaikan walau saudara tidak akan melakukannya dengan alasan sudah cukup dengan keterangan hadits di atas.

Sabagaimana yang diterangkan dalam Kifayatul-Akhyar:

Imam Taqiyuddin Al Hushni, penulis kitab Kifayatul Akhyar menukil pendapat Ar Rauyani yang menyatakan demikian:

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمَرٍ وَإِلَّا فَعَلَى مَاءٍ للْحَدِيْثِ وَلِأَنَّ الْحُلْوَ يُقَوِي وَالْمَاءَ يُطَهِّرُ وَقَالَ الرَّوْيَانِيّ إِنْ لَمْ يَجِدْ التَّمَرَ فَعَلَى حُلْوٍ لِأَنَّ الصَّوْمَ يَنْقُصُ الْبَصَرُ وَالتَّمْرُ يَرِدُّهُ فَالْحُلْوُ فِي مَعْنَاهُ

dianjurkan berbuka dengan kurma atau jika tidak ada maka dengan air, berdasarkan hadits ini. karena yang manis-manis itu menguatkan tubuh dan air itu membersihkan tubuh. Ar Rauyani berkata: ‘kalau tidak ada kurma maka dengan yang manis-manis. karena puasa itu melemahkan pandangan dan kurma itu menguatkannya, dan yang manis-manis itu semakna dengan kurma’” (Kifayatul Akhyar, 200).

Menurut Pandangan kami (Duta Dakwah) keterangan tersebut tidak bertentangan dengan hadits, karena tetap yang didahulukan adalah Ruthob kemudian Kurma kemudian air. Hanya saja manis-manisan itu juga kebutuhan badan maka tidak ada salahnya setelah meminum air kita lanjutkan dengan makanan-makanan yang manis secukupnya jangan sampai terlambat sholat jama’ah, toh kenyataannya manis-manisan itu juga sudah hampir menjadi tradisi kita di Indonesia setiap persiapan berbuka puasa, yang sering kita sebut TA’JILAN  kemudian yang namanya kolak itu banyak disenangi orang-orang yang berpuasa Wallahu ‘alam.

Kaum muslimin Rahimakumullah, Demikian yang dapat kami sampaikan, terimakasih atas segala perhatian dan mohon ma’af atas segala kekurangan.

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

Demikian ulasan : Sunah Berbuka dengan Ruthob Sesuai Sunnah, Semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Kultum ini bersambung ke Kultum Ramadhan Tentang Yang Berpuasa Supaya Menjaga Lisan.Terimakasih.