Haramnya Lelaki Memandang Wanita Ajnabiyah & Sebaliknya

Posted on

Haramnya Lelaki Memandang Wanita Ajnabiyah & Sebaliknya Mengenai Pandang Memandang Duta Dakwah akan akan menuliskannya mengutip dari “Syarah ‘Uqudullujain”, Untuk dijadikan bacaan Keluarga, mudah-mudahan bisa mengamalkannya. Sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat amiin.

Haramnya Lelaki Memandang Wanita Ajnabiyah & Sebaliknya

Pembahasan mengenai pandang memandang antara lelaki dan perempuan ini kami tulis dari Kitab kecil yang bernama “’Uqudullujain”. Tulisan ini adalah lanjutan yang ke 28, Dan untuk lebih jelasnya mengenai hal ini mari kita sama-sama membaca uraiannya berikut ini:

Mukodimah

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ بِسْمِ اللهِ الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُولِ الله، لَا حَوْلَ وَ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِالله، فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَىْ اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحُثُّكُمْ وَنَفْسِيْ عَلَى طَاعَةِ اللهِ فِيْ كُلِّ وَقْتِ لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Puji dan Syukur senantiasa tetap kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT. Sholawat dan salamnya semoga tetap tercurahkan ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…

Saudara dan saudariku seiman yang dirahmati Allah SWT. Sudah menjadi kebiasaan pada zaman ini, anatara lelaki dan perempuan begitu bebas saling pandang memandang, yang padahal dalam isalm itu ada aturannya,  untuk lebih jelasnya berikut inilah materinya yang kami tulis mengutop dari uqudullujain:

Pasal Empat Syarah Uqudullujain

{الفَصْلُ الرَابِعُ فِيْ حُرْمَةِ نَظَرِ الرَجُلِ إِلَى النِّسَاءِ الأَجْنَبِيَّاتِ وَعَكْسِهِ}

PASAL KEEMPAT: MENJELASKAN TENTANG HARAMNYA SEORANG LAKI-LAKI MEMANDANG WANITA AJNABIYAH DAN SEBALIKNYA

Perintah Bertabir

(قَالَ اللهُ تَعَالَى) في سورة الأحزاب (وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا) أي شيئا من آلات البيت (فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاءِ حِجَابٍ) أَيْ سَتْرٍ يَسْتُرُكُمْ عَنْهُنَّ وَيَسْتُرُهُنَّ عَنْكُمْ (وَقَالَ تَعَالَى) في سورة النور (قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ) أيْ عَمَّا لَا يَحِلُّ لَهُمْ نَظْرُهُ (وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ) أيْ عَمَّا لَا يَحِلُّ لَهُمْ فَعْلُهُ بِهَا (ذَلِكَ أَزْكَى) أيْ خَيْرٌ (لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُوْنَ) أيْ بِالْأَبْصَارِ وَالْفُرُوْجِ، فَيُجَازِيْهِمْ عَلَيْهِ (وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ) أيْ عَمَّا لَا يَحِلُّ لَهُنَّ نَظْرُهُ (وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ) أَيْ عَمَّا لَا يَحِلُّ لَهُنَّ فَعْلُهُ بِهَا. ‏

Allah berfirman dalam surat al-ahzab: Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi) maka mintalah dari belakang tabir.

Allah berfirman dalam surat An-Nur Ayat 30: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.

Pnadangan Bagaikan Anak Panah Yang Beracun

وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: النَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُومٌ مِنْ سِهَامِ إبْلِيسَ، فَمَنْ تَرَكَهَا) أي النظرة (خَوْفًا مِنَ اللهِ تَعَالَى) أي غضبه (أَعْطَاهُ اللهُ تَعَالَى إيمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ) أي الإيمان فِيْ قَلْبِهِ

وَقَالَ عِيْسَى عَلَيْهِ السَلاَمُ: إِيَّاكُمْ وَالنَظْرَةَ) أيْ اِتَّقُوْا النَّظْرَةَ (فَإِنَّهَا تَزْرَعُ) أَيْ تَنْبُتُ (فِيْ الْقَلْبِ شَهْوَةً، وَكَفَى بِهَا فِتْنَةً) وَهَذِهِ الْجُمْلَةُ فِعْلٌ وَفَاعِلٌ وَتَمْيِيْزٌ

Rosulullah s.a.w. bersabda: Pandangan itu bagaikan anak panah yang beracun dari panah iblis, barang siapa yang meninggalkan pandangan karena takut kepada Allah, maka Allah berikan padanya keimanan dan merasakan manisnya iman dalam hati.

Nabi Isa a.s. berkata: Jagalah pandanganmu, karena dalam pandangan bisa menimbulkan syahwat dalam hati dan cukuplah yang demikian sebagai fitnah

Kisah nabi Dawud a.s. jatuh hati pada seorang wanita yang telah bersuami

(وَقَالَ سَعْدٌ بْنُ جُبِيْرٍ: إِنَّمَا كَانَتْ فِتْنَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَلاَمُ مِنْ أَجْلِ النَظْرَةِ) رُوِيَ أَنَّ دَاوُدَ وَقَعَ بَصَرُهُ عَلَى اِمْرَأَةِ أَوْرِيَا بْنِ حَنَانَ، فَمَالَ قَلْبُهُ إِلَيْهَا، وَلَيْسَ لَهُ فِيْ هَذَا ذَنْبٌ اَلْبَتَةَ. أَمَّا وَقُوْعُ بَصَرِهِ عَلَيْهَا بِغَيْرِ قَصْدٍ، فَلَيْسَ بِذَنْبٍ. وَأَمَّا حُصُوْلُ الْمَيْلِ عَقِبَ النَّظْرِ فَلَيْسَ أَيْضَا ذَنْبًا، لِأَنَّ الْمَيْلَ لَيْسَ فِي وُسْعِهِ، فَلَيْسَ مُكَلَّفًا بِهِ، فَلَمَّا وَقَعَ فِيْ قَلْبِهِ مَحَبَّتُهَا طَلَبَ مِنْ أَوْرِيَا، فَقَالَ لَهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: اُنْزُلْ عَنْ اِمْرَأَتِكَ وَاَكْفِلُهَا، فَاسْتَحْيَا أَوْرِيَا أَنْ يَزِدَهُ وَطَلَقَهَا، وَكَانَ ذَلِكَ جَائِزًا فِيْ شَرِيْعَةِ دَاوُدَ مُعْتَادًا فِيْمَا بَيْنَ أُمَّتِهِ، غَيْرَ مُحِلٍّ بِالْمَرُوَاةِ، فَكَانَ يَسْأَلُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا أَنْ يَنْزُلَ عَنْ زَوْجَتِهِ فَيَتَزَوَّجُهَا إِذَا أَعْجَبَتْهُ. هَذَا، وَإِنْ كَانَ جَائِزًا فِي ظَاهِرِ الشَّرِيْعَةِ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يَلِيْقُ لِتَرْكِهِ الْأَفْضَلُ، وَلِذَلِكَ عَاتَبَهُ اللهُ عَلَى ذَلِكَ. ثُمَّ إِنْ طَلَبَ دَاوُدُ اِمْرَأَةَ أَوْرِيَا لِسِرٍّ يَعْلَمْهُ اللهُ تَعَالَى، وَهُوَ أَنَّهُ لَمَّا تَزَوَّجَهَا أَتَتْ لَهُ بِسُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَهِيَ أُمُّهُ.

Berkata Sa’dun Bin Jubair r.a :

Terbuktilah bahwa fitnah yang dialami Nabi Dawud a.s adalah berawal dari pandangan.

Diriwayatkan,suatu ketika nabi dawud a.s  tak sengaja melihat seorang wanita, istri dari Uriya bin hanan,maka condonglah hatinya pada wanita itu.

sebenarnya dengan tak sengaja melihat tidaklah dosa bagi nabi dawud, adapun terlihatnya wanita itu bukan disengaja, ini juga buka suatu dosa. Adapun timbulnya kecondongan hati akibat dari melihat tadi juga tidaklah dosa. karena condongnya hati bukan dalam kekuasaan nabi dawud.

Maka tetkala tumbuh dalam hati nabi dawud, kecintaan kepada istrinya uriya, maka ia memohon kepada uriya dan ia berkata: Wahai uriya, lepaskanlah istrimu (maksudnya,Tholaqlah istrimu) aku yang akan menanggungnya yakni mencukupinya. Uriya merasa malu kepada nabi dawud dan ia pun menceraikan istrinya. Dan hal seperti ini diperbolehkan dalam syari’at yang beliau bawa dan sudah menjadi hukum adat dikalangan umat nabi dawud a.s. (artinya, jika seseorang mencintai seorang wanita yang telah bersuami, ia boleh meminta kepada suaminya untuk menceraikannya dulu sebelum ia nikahi). dan hal ini tidak merusak kehormatan.

Namun demikian, walaupun diperbolehkan dalam syari’at nabi Dawud hal seperti itu akan tetapi jika ditinggalkan itu tentu lebih afdhol.

Dan karena hal itu, allah mencela  tindakan nabi dawud, permohonan nabi dawud untuk menikahi istri Uriya adalah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah SWT.  Dan ketika nabi Dawud menikahinya, terlahirlah Nabi Sulaiman a.s. (Nabi Sulaiman terlahir dari wanita (istri nabi dawud) yang sebelumnya wanita ini adalah istri dari Uriya bin Hanan.

Haramnya Lelaki Memandang Wanita Ajnabiyah & Sebaliknya
Haramnya Lelaki Memandang Wanita Ajnabiyah & Sebaliknya

Kisah Dalam Satu Riwayat lagi

وَرُوِيَ أَنَّ دَوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ تَمَنَّى يَوْمًا مِنَ الْأَيَّامِ مَنْزِيْلَةَ أَبَائِهِ إِبْرَاهِيْمَ وَ إِسْحَقَ وَ يَعْقُوْبَ، وَسَأَلَ عَلَيْهِ رَبَّهُ أَنْ يَمْتَحَنَهُ وَيُعْطِيْهِ مِنَ الْفَضْلِ مَا اَعْطَاهُمْ، فَأَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَيْهِ تُبْتَلَى فِيْ يَوْمٍ كَذَا فَاحْتَرِسْ!، فَلَمَّا كَانَ ذَلِكَ الْيَوْمُ جَاءَهُ الشَّيْطَانُ فَتَمَثَلَ لَهُ فِيْ صُوْرَةِ حَمَامَةٍ مِنْ ذَهَبٍ فِيْهَا مِنْ كُلِّ لَوْنٍ حَسَنٍ فَأَعْجَبَهُ حُسْنُهَا فَمَدَّ يَدَهُ لِيَأْخُذَهَا وَيُرِيَهَا بَنِيْ إِسْرَائِلَ لِيَنْظُرُوْا إِلَى قُدْرَةِ اللهِ تَعَالَى فَطَارَتْ غَيْرَ بَعِيْدٍ فَتَبَعَهَا مِنْ كَوْةٍ فَنَظَرَ دَاوُدُ اَيْنَ تَقَعُ فَأَبْصَرَ دَاوُدُ إِمْرَأَةً فِيْ بُسْتَانٍ تَغْتَسِلُ فَعَجَبَ دَاوُدُ مِنْ حُسْنِهَا، وَحَانَتْ مِنْهَا اِلْتِفَاتَةٌ فَأَبْصَرَتْ ظِلَّهُ فَنَقَضَتْ شَعْرَهَا فَغَطَى بَدَنَهَا فَزَادَهُ اِعْجَابًا فَسَأَلَ عَنْهَا فَقِيْلَ أَنَّهَا إِمْرَأَةُ أَوْرِيَا فَطَلَبَ مِنْهُ أَنْ يُطَلِّقَهَا لِيَتَزَوَّجَهَا فَذَلِكَ جَائِزٌ مِنْ غَيْرِ نَكِيْرٍ إِلَّا أَنَّ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِعَظْمِ مَنْزِلَتِهِ وَارْتِفَاعِ مَرْتَبَتِهِ وَعُلُوِّ شَأْنِهِ لَا يَنْبَغِى لَهُ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا لَيْسَ لَهُ إِلَّا إِمْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ أَنْ يَنْزُلَ عَنْهَا فَيَتَزَوَّجُهَا مَعَ كَثْرَةِ نِسَائِهِ  بَلْ كَانَ الْمُنَاسِبُ لَهُ أَنْ يَغْلِبَ هَوَاهُ وَ يَصْبِرَ عَلَى مَاامْتُحِنَ بِهِ فَلِذَلِكَ عَاتَبَهُ اللهُ تَعَالَى

Dan diriwayatkan Bahwasanya Nabi daud a.s. beliau berharap pada suatu ahari dari beberapa hari ia mengharapkan pangkat bapak-bapaknya yaitu: Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub.

Beliau nabi daud telah berdoa kepada tuhannya (Allah) agar ia mengujinya dan memberinya keistimewaan seperti Allah telah member keistimewaan kepada bapak-bapaknya nabi Daud a.s. Lalu kemudian Allah Ta’ala memberikan wahyu kepadanya ia diuji pad hari ini maka berhati-hatilah…!, ketika telah tiba hari tersebut maka setan datang kepad nabi Daud a.s. dengan menyerupai bentuk burung dara dari emas, burung tersebut berwarna-warni  yang cukup indah, dengan keindahannya burung tersebut membuat nabi Daud a.s. takjub hingga beliau memanjangkan tangannya dengan maksud mau memeganngnya dan memperlihatkannya kepada bani israil supaya mereka Bani Israil melihat pada kekuasaan Allah Ta’ala.

Kemudian burung tersebut terbang tidak jauh dari situ lalu nabi Daud memperhatikannya dari jendela kemana burung itu hinggap? kemudian nabi Daud melihat seorang perempuan di perkebunan sedang mandi, nabi Daud merasa kagum pada wanita itu dari kecantikkannya, ketika perempuan tersebut sedikit melirik, ia melihat bayangan nabi Daud a.s. lalu perempuan itu melepaskan rambutnya terurai hingga dapat menutupi badannya, dengan demikian bertambahlah pada nabi Daud rasa ta’jubnya, maka nabi Daud bertanya tentang perempuan tersebut, maka dikatakan kepada nabi Daud bahwa perempuan itu dalah istrinya Uria.

Lalu kemudian nabi Daud a.s. meminta kepada Uria agar menceraikannya, karena nabi Daud mau menikahinya.

Perbutan demikian ini adalah suatu hal yang dibolehkan dalam syari’at nabi Daud dan suatu hal yang tidak diingkari, hanya saja bahwasabya beliau nabi Daud a.s. adalah karena agung pangkatnya, tinggi martabatnya dan luhur prilakunya maka perbuatan seperti itu tidak layak bagi nabi Daud a.s., yakni perbutan meminta istri kepada seorang laki-laki yang tidak punya apa-apa kecuali hanya punya satu istri itu yang kemudia ia melepaskannya lalunkemudian nabi Daud menikahinya yang disertai banyak istri bahkan justru yang munasabah bagi nabi Daud adalah semestinya dia bisa mengendalikan hawa nafsunya dan ia bersabar atas ujian tersebut, oleh karena itulah maka Allah mencerca nabi Daud a.s.

Demikian kami sampaikan tentang Haramnya Lelaki Memandang Wanita Ajnabiyah & Sebaliknya – Semoga bermanfaat dan dapat diterima dengan senang hati oleh para pembaca yang berhati lapang. Namun demikia, abaikan saja uraian kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ