Denda Membunuh Hewan buruan Bagi yang Ihrom 5

Posted on

Denda Membunuh Hewan Buruan Bagi yang Ihrom 5 – Pada kesempatan kali ini Duta Dakwah. akan menuliskan tentang Pengertian Dam Fidyah Bayar Fidyah Wathi di luar farji Versi Empat Madzhab  secara Ringkas. Dalam Risalah ini kami hanya membahas tetntang fidyah wathi di luar farji. Adapun Dam yang lainnya akan kami tuliskan pada Risalah selanjutnya.

Denda Membunuh Hewan buruan Bagi yang Ihrom 5

Untuk lebih jelasnya mengenai Denda membunuh Hewan buruan, mari kita ikuti uraian berikut ini:

Mukodimah

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Segala Puji bagi Allah SWT, Shalawat dan salamnya semoga tetap tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad saw, keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…

Denda membunuh Hewan Buruan

Maksud dari denda membunuh hewan buruan artinya adalah Bayar dam akibat seorang muhrim yakni seorang yang dalam keadaan berihrom dia melakukan berbur atau sengaja atau membunuh hewan apa saja kecuali hewan yang boleh dibunuh karena membahayaka, mak pelakunya dikenakan Dam Takhyir dan Ta’dil . Dan Mengenai Dam Takhyir dan Ta’dil karena pelanggaran berburu atau membunuh hewan tersebut terdapat perbedaan menurut empat madzhab. Untuk lebih rialnya berikut ini rinciannya:

Denda membunuh Hewan

جَزَاءُ الصَّيْدِ

قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْتُلُواْ الصَّيْدَ وَأَنتُمْ حُرُمٌ وَمَن قَتَلَهُ مِنكُم مُّتَعَمِّداً فَجَزَاء مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنكُمْ هَدْياً بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَو عَدْلُ ذَلِكَ صِيَاماً (المائدة : 95

Denda membunuh Hewan buruan: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh bin atang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan bin atang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi  makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, (QS.Al-maidah : 95)

Tentang Hewan bruan

الصَّيِدُ ضَرْبَانِ : مِثْلِيٌّ : وَهُوَ مَا لَهُ مَثِيْلٌ مِنَ النَّعَمِ وَهِيَ : الْإِبِلُ، وَالْبَقَرُ، وَالْغَنَمُ  وَالْمُرَادُ بِالْمُمَاثَلَةِ : مَا يُشَبِّهُ فِيْ الْخِلْقَةِ وَالصُّوْرَةِ

وَغَيْرُ مِثْلِىٍّ : وَهُوَ مَا لَا يُشَبِّهُ شَيْئًا مِنَ النَّعَمِ الثَّلَاثَةِ فَأَمَّا الْمِثْلِيُّ فَيُخَيِّرُ فِيْهِ فِيْ ثَلَاثَةِ أُمُوْرٍ :  أَنْ يَذْبَحَ الْمِثْلَ الْمُشَابَهَ مِنَ النَّعَمِ فِيْ الْحَرَمِ، وَيَتَصَدَّقَ بِهِ عَلَى مَسَاكِيْنَ الْحَرَمِ. أَنْ يُقَوِّمَ الْمِثْلَ الْمُشَابَهَ بِقِيْمَتِهِ مِنَ النُّقُوْدِ، ثُمَّ يَشْتَرِيَ بِهِ طَعَامًا، وَيَتَصَدَّقَ بِهِ عَلَى مَسَاكِيْنَ الْحَرَمْ. هَذَا قَوْلُ الشَّافِعِيِّ، وَأَحْمًدَ، وَقَالَ مَالِكٌ وَأَبُوْ حَنِيْفَةَ : يُقَوَّمُ الصَّيْدُ لَا الْمِثْلَ. 

Denda Hewan bruan itu ada dua macam:

  1. Mitsli
  2. Ghoer Mitsli
  • “Mitsli” yakni persamaan, yaitu hewan yang bagi hewan terusebut ada persamaan dari hewan ternak ini, yaitu unta, sapi dan kambing. Dan yang dimaksud dengan persamaan adalah hewan yang diserupakan kejadiannya dan bentuknya.
  • “Ghoer Mitsli” yaitu hewan yang tidak diserupakan pada sesuatu dari hewan ternak yang tiga ini.

Adapun hewan buruan “Mitsli” maka di situ boleh memilih dalam tiga perkara :

  1. Boleh memotong hewan yang sama yang diserupakan dari hewan ternak di tanah harom, kemudian hewan itu disedekahkan kepada para miskin tanah harom.
  2. Boleh menghargakan semitsal yang diseimbangkan dengn harga hewan terusebut dari bentuk uang, kemudian uang terusebut dibelikan makanan lalu disedekahkan kepada para miskin tanah harom.

Ini adalah pendapat Imam Asyafi’i dan Imam Ahmad, sedangkan Imam Malik dan Imam Abu Hanifah beliau berkata : “Hewan buruan ini yang dihargakan bukan persamaannya”.

أَنْ يَصُوْمَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْمًا

  1. Boleh berpuasa untuk setiap satu mudnya satu hari.

أَمَّا غَيْرُ الْمِثْلِيِّ، فَيُخَيِّرُ قَاتِلُ الصَّيْدِ بَيْنَ أَمْرَيْنِ

  • أَنْ يَشْتَرِيَ بِقِيْمَتِهِ طَعَامًا، فَيُطْعِمَهُ لِلْمَسَاكِيْنِ
  • أَنْ يَصُوْمَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْمًا

هَـذَا قَوْلُ الْجُمْهُوْرُ عَدَا الْأَحْنَافِ : فَالصَّيْدُ عِنْدَهُمْ تُقَدَّرُ قِيْمَتُهُ بِتَقْوِيْمِ رِجْلَيْنِ عَدْلَيْنِ، فِيْ مَكَانِ قَتْلِ الصَّيْدِ وَتُعْتَبَرُ الْقِيْمَةُ فِيِ مَوْضِعِ قَتْلِهِ، أَوْ فِيْ أَقْرَبِ الْمَوَاضِعِ مِنْهُ، إِنْ كَانَ فِيْ بَرِيَّةٍ

ثُمَّ يُخَيَّرُ الْمَحْكُوْمُ عَلَيْهِ بَيْنَ ثَلَاثَةِ أُمُوْرٍ

  • أَنْ يَشْتَرِيَ هَدْيًا وَيْذْبَحَهُ فِيْ الْحَرَمِ، إِذَا بَلَغَتْ قِيْمَةُ الصَّيْدِ ذَلِكَ
  • أَنْ يَشْتَرِيَ طَعَامًا وَيَتَصَدَّقَ بِهِ عَلَى كُلِّ مِسْكِيْنٍ نِصْفَ صَاعٍ مِنْ بُرٍّ، أَوْ صَاعٍ مِنْ تَمَرٍ، أَوْ شَعِرٍ
  • أَنْ يَصُوْمَ عَنْ طَعَامِ كُلِّ مِسْكِنٍ يَوْمًا، وَإِنْ فَضَّلَ مِنَ الطَّعَامِ أَقَلَّ مِنْ نِّصْفِ صَاعٍ فَهُوَ مُخَيَرٌ : إِنْ شَاءَ تَصَدَّقَ بِهِ، وَإِنْ شَاءَ صَامَ عَنْهُ يَوْمًا كَامِلًا

Adapun “Ghoer Mitsli” maka orang yang membunuh buruan ia memilih  di antara dua perkara :

  1. Ia membelikan makanan dengan seharga hewan terusebut, lalu makanannya diberikan kepada para miskin.
  2. Puasa setiap satu mud itu satu hari.

Ini adalah pendapat mayoritas para ‘ulama selain madzhab Hanafi:  Menurut madzhab Hanafi hewan buruan terusebut diperkirakan harganya menurut keputusan dua laki-laki yang ‘adil di tempat terbunuhnya hewan terusebut,  kemudian diseimbangkan harganya di tempat terbunuhnya hewan, atau di tempat-tempat yang dekat dari situ jika keadaannya itu di daratan.

Kemudian yang dihukumi atasnya memilih di antara tiga perkara :

  1. Ia membeli “Hadya” terus ia memotongnya di tanah harom, tekala harga hewan buruan itu cukup untuk membeli “Hadya” terusebut.
  2. Ia membeli makanan lalu kemudian mensedekahkannya kepada masing-masing miskin ½ sho’ dari kacang bur, atau ½ sho’ dari kurma kering, atau Sya’ir.
  3. Ia berpuasa dari makanan masing-masing miskin satu hari, dan bila ada lebihan dari makanan kurang dari ½ sha’ maka boleh memilih : jika mau maka sedekahkan lebihannya itu, dan kalau mau maka boleh dari lebihan yang kurang dari½ sho’ terusebut puasa satu hari ful.

قَالَ الْمُوَفِّقُ فِيْ الْمُغْنِيْ 

وَالْمُتَلِّفُ مِنَ الصَّيْدِ قِسْمَانِ : أَحَدُهُمَا : قَضَتْ بِهِ الصَّحَابَةُ، فَيَجِبُ فِيْهِ مَا قَضَتْ. وَبِهَذَا قَالَ عَطَاءْ، وَالشَّافِعِيُّ، وَإِسْحَقُ. وَقَالَ مَالِكٌ : يَسْتَأْنِفُ الْحُكْمَ.قَالَ الْمُوَفِّقُ فِيْ الْمُغْنِيْ : وَالْمُتَلِّفُ مِنَ الصَّيْدِ قِسْمَانِ : أَحَدُهُمَا : قَضَتْ بِهِ الصَّحَابَةُ، فَيَجِبُ فِيْهِ مَا قَضَتْ. وَبِهَذَا قَالَ عَطَاءْ، وَالشَّافِعِيُّ، وَإِسْحَقُ. وَقَالَ مَالِكٌ : يَسْتَأْنِفُ الْحُكْمَ

Al-Muwafiq berkata dalam “Al-Mughni”: Adapun yang membunuh hewan buruan itu terbagi menjadi dua bagian:

Pertama: Dengan ini Sahabat telah menghakuminya, maka ia di situ wajib melakukannya.  Dan dengan ini Imam ‘Atha, Imam Syafi’i dan Ishaq telah berkata. Sementara Imam Malik Berkata:  Beliau mempertimbangkan hukum ini.

الْقِسْمُ الثَّانِيْ : مَا لَمْ تَقْضِ فِيْهِ الصَّحَابَةُ، فَيُرْجَعُ إِلَى قَوْلِ عَدْلَيْنِ مِنْ أَهْلِ الْخَبَرَةِ، لِقَوْلِ اللهِ تَعَالَىْ :   ﴿يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنكُمْ ﴾ فَيَحْكُمَانِ فِيْهِ بِأَشْبْهِ الْأَشْيَاءِ مِنَ النَّعَمِ، مِنْ حَيْثُ الخِلْقَةِ، لَا مِنْ حَيْثُ الْقِيْمَةِ

Kedua: di situ Sahabat tidak menghukuminya, maka hukum dikembalikan kepada pendapat dua orang yang ‘adil menurut ahlinya, sebab ada firman Allah Ta’la: “Menghukuminya menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu” (QS- Al-maidah : 95).

Maka keduanya akan menghukumi di situ dengan penyesuaian beberapa perkara dari hewan ternak, dari ukuran bentuk kejadiannya, bukan dari ukuran harganya.

Berkaitan hukum membunuh binatang buruan berikut kutipan dari kitab Madzahibul arba’ah Abdur-Rahman al-jaziri jilid 1 halaman 611 kitab kuning:

 الشَّافِعِيَّةُ قَالُوْا: مَنِ اصْطَادَ حِيْوَانًا بَرِيًا وَحَشِياً: كَظَبْيٍ, أَوْ بَقَرٍ وَحَشٍ أَوْ نَحْوِهِمَا. أَوْدَلَ صَائِدًا عَلَيْهِ، أَوْ كَانَ تَحْتَ يَدِهِ حِيْوَانٌ مِنْ هَذَا النَّوْعِ. فَأَتْلَفَهُ. أَوْ أَمْرَضَهُ. فَإِنَّهُ يَلْزِمُهُ الْجَزَاءُ الْأَتِيْ بَيَانُهُ

بِشَرْطَيْنِ: أَحَدُهُمَا: أَنْ لَا يُؤْذِيْهِ ذَلِكَ الْحِيْوَانُ فِيْ مَالِهِ أَوْ نَفْسِهِ كَالضَّبْعِ مَثَلًا. ثَانِيْهِمَا: أَنْ لَا يُوْصِلَ إِلَيْهِ ضَرَرًا كَأَنْ يَنْجِسَ مَتَاعَهُ. أَوْ يَأْكُلَ طَعَامَهُ, أَوْيَمْنَعَهُ مِنْ سُلُوْكِ الطَّرِيْقِ: كَالْجَرَادِ الْكَثِيْرِ الْمُنْتَشِرِ، فَإِذَا قَتَلَهُ. فَلَا فِدْيَةَ فِيْهِ. وَلَا ضَمَانَ؛ أَمَّا ذَلِكَ الْجَزَاءُ فَهُوَ إِنْ كَانَ الصَّيْدُ لَهً مَثَلاً مِنَ النَّعَمِ : كَالْحَمَامِ ؛ وَالْيَمَامِ الْقَمَرِيِّ . فَفِيْ الْوَاحِدَةِ شَاةٌّ مِنْ ضَأْنٍ أَوْ مَعْزٍ, وَفِيْ النَّعَامَةِ ذَكَرًا أَوْ أُنْثًى بَدَنَةٌ. أَيْ بِعِيْرٌ، وَفِي الْبَقَرَةَ الْوَحْشِيَةِ أَوْ الْحِمَارِ الْوَحْشِيِّ بَقَرَةٌ أَهْلِيَّةٌ وَفِي الظَّبْيِ نَيْسٌ. وَفِي الظَّبْيَةِ عَنْزٌ،

وَفِي الْغَزَالِ مَعْزٌ صَغِيْرٌ. وَفِي الأَرْنَبِ عَنَاقٌ. وَهِيَ أُنْثَى الْمَعْزِ إِذَا قَوِيَتْ, وَلَمْ تَبْلُغْ سَنَةً. وَفِيْ كُلِّ مِنَ الْيَرْبُوْعِ وَالْوَبَرِ مَعْزٌ أُنْثَى بَلَغَتْ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ. وَفِيْ الضَّبْعِ كِبَشٌ وَفِيْ الثَّعْلَبِ شَاةٌّ. (مذاهب الأربعة عبد الرّحمن الجزيري: مجلد 1، صحيفة : 611

Menurut madzhab Asy-Syafi’i, Siapapun yang berburu binatang daratan dan liar, seperti kijang, sapi liar dan binatang sejenis lainnya.

Atau dia menunjukkan bin atang buruan kepada seorang pemburu, atau dia membawa binatang buruan dari jenis terusebut, lalu dia membunuh atau menyakitinya, maka dia ditetapkan harus membayar denda yang penjelsannya akan disampaikan selanjutnya, dengan dua persyaratan.

Pertama: binatang itu tidak mengganggu keselamatan harta atau jiwanya, seperti serigala misalnya.

Kedua: tidak mendatangkan dampak yang merugikan kepadanya, misalnya binatang buruan itu membuat najis harta bendanya, menyantap makanannya, atau menghalanginya melintasi jalan, seperti belalang yang sangat banyak dan bertaburan. Jadi, jika seseorang membunuhnya, maka tidak ditetapkan membayar fidyah dalam masalah ini, tidak pula ganti sepadan.

Sedangkan denda seimbang yang dimaksud disini adalah, apabila binatang buruan mempunyai padanan dengan hewan ternak, seperti burung dara (hamam), burung merpati dan burung tekukur. Jadi, di dalam setiap membunuh satu ekornya ditetapkan denda seekor kambing domba atau bandot. Sedangkan di dalam burung onta, jantan atau betina, ditetapkan denda seekor onta badanah. Sedangkan di dalam sapi liar atau keledai liar, ditetapkan denda seekor sapi yang jinak. Sedangkan di dalam kijang jantan ditetapkan denda seekor tais (kambing jantan) dan di dalam kijang betina dendanya seekor anaz (kambing). Sedangkan rusa dendanya seekor kambing jantan yang masih kecil.

Denda Membunuh Hewan buruan
Denda Membunuh Hewan buruan

Sedangkan kelinci dendanya seekor anaq, yaitu kambing betina jika sudah kuat untuk dikawinkan dan belum mencapai umur satu tahun. Di dalam masing-masing binatang seperti tupai dan wabar, dendanya seekor kambing betina yang sudah mencapai umur empat bulan. Di dalam berburu serigala dendanya sesekor kambing gibas, dan di dalam berburu musang atau serigala dendanya seekor kambing domba.

هَذَا كُلُّهُ فِيْمَا وَرَدَ فِيْ حُكْمِهِ نَقْلٌ صَحِيْحٌ عَنِ الشَّارِعِ. وَإِلَّا حَكَّمَ عَدِلَانِ خَبِيْرَانِ بِمِثْلِهِ فِيْ الشَّبِهِ وَالصُّوْرَةِ تَقْرِيْبًا وَلَا بُدَّ مِن مُرَاعَاةِ الْمُمَاثِلَةِ فِيْ الصِّفَاتِ» (مذاهب الأربعة عبد الرحمن الجزيري: مجلد 1، صحيفة : 611

Kesemua denda ini ketetapannya telah disampaikan oleh hadits shahih dari pembawa syari’at. Jika tidak ada ketetapan hukumnya, maka dua orang adil yang pandai mengambil ketetapan hukum sesuai dengan bin atang buruan yang diperkirakan seimbang dalam segi kemiripan dan bentuknya. Harus pula memperhatikan kesamaan dalam segi sifat-sifatnya.

Semua Uraian tentang Dam ini kami kutip dari Buku Fiqih Ringkasan Dam Haji & Umroh Karya M.Asmawi, ZA.

Demikian ulasan tentang : Denda Membunuh Hewan buruan Bagi yang Ihrom 5 Mohon ma’af keterangan ini kami hanya mengutip sebagiannya saja, Namun demikian juga semoga dapat memberikan manfaat untuk calon Jama’ah Haji. Untuk mengetahui Dam karena Pelanggaran berikutnya bisa lihat di sini : Dam Haji tamattu’ dan dam haji qiron 6 Kami Duta Dakwah Mengucapkan Terimakasih atas Kunjungannya. Jazakumullahu Khoiran Katsiro.

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ