I’tikaf Ramadhan Pada Sepuluh Hari Terakhir

Posted on

I’tikaf Ramadhan Pada Sepuluh Hari Terakhir – Para Pembaca yang kami banggakan Rahtullahi ‘alaikum ajma’in. Pada Materi Kultum Sebelumnya kami sampaikan mengenai; Rahasia Puasa Ramadhan. Dan untuk kesempatan kali ini kami Duta Dakwah akan menyampaikan materi Kultum Ramadhan Tentang; I’tikaf Ramadhan Pada Sepuluh Hari Terakhir. Materi ini In Syaa Allah akan kami sampaikan secara ringkas.

I’tikaf Ramadhan Pada Sepuluh Hari Terakhir

Kenapa i’tikaf pada bulan suci ramadhan mesti dilakukan pada sepuluh hari yang terakhir?. Sebetulnya tidak harus, sebaiknya sih bila mau ya dilakukan sejak awal dari bulan suci tersebut. Akan tetapai memang pada sepuluh hari yang akhir di bulan itu karena salah satunya ada malam al-qodar. Untuk lebih jelasnya sebaiknya silahkan antum baca Kultum Duta Dakwah di bawah ini dengan Seksama.

Materi Kultum.

بسم الله الرّحمن الرّحيم السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِالْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ ﷺ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

Bapak Ibu Kaum Muslimin wal-Muslimat Rahimakumullah, Puji dan Syukur senantiasa kita Panjatka ke hadhirat Allah SWT, shalawat teriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Jungjunan kita nabi agung Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam.

Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan adalah sepuluh malam yang paling diutamakan oleh baginda Nabi besar Muhammad s.a.w., beliau mempersiapkan secara lebih daripada biasanya pada sepuluh malam tersebut.

Melipat Hamparan Tidur

Di antara mengenai sepuluh terakhir dari nulan suci ramadhan adalah sebagaimana diterangkan tertulis dalam Ihya ‘Ulumuddin sebagai berikut;

كَانَ إِذَا دَخَل الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ طَوَى الْفِرَاشَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ وَدَأَبَ وَأَدْأَبَ أَهْلَهُ، متفق عليه

Artinya: Apabila beliau masuk sepuluh hari yang terakhir, beliau melipat hamparan tidur dan mengkuatkan ikat pinggang, beliau biasakan dan beliau membiasakan kepada keluarganya (hal tersebut). (H Mutafaq ‘alaih).

Langgeng Dalam Ibadah

Diterangkan dalam Ihya Ulumuudin sebagai berikut:

Yakni mereka melanggengkan capai dalam beribadah karena dalam sepuluh hari yang terakhir dibulan Ramadhan itu ada Lailatul Oadr, dan biasanya Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil. Dan malam-malam ganjil yang paling mirip adalah Tanggal 21, 23, 25, 27 dimana berturut-turut dalam i’tikaf ini lebih utama. (Kutipan dari Ihya Ulumuddin)

Jika ia nadzar i’tikaf dengan berturut-turut atau ia meniatkannya maka terputus berturut-turutnya itu dengan keluar tanpa dharurat (keperluan yang sangat) sebagaimana ia keluar untuk menjenguk atau saksi, atau jenazah, atau berkunjung, ataupun memperbaharui kesucian.

Jika ia keluar untuk menunaikan keperluan (buang air) maka i’tikaf itu tidak akan putus dan ia berhak untuk berwudlu di rumah dan tidak layak ia meningkat kepada kesibukan yang lain. (Demikian diterangkan dalam Kitab Ihya Ulumuddin)

Rasulullah tidak keluar kecuali ada hajat

Rasulu Allah pun selalu beri’tikap pada spuluh hari terakhir dari bulan suci ramadhan, sebagaimana termaktub dalam Kitab Ihya Ulumuddin

كَانَ صلى الله عليه وسلم لَا يَخْرُجُ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ وَ لَا يَسْأَلُ عَنِ الْمَرِيْضِ إِلَّا مَارًّا

Artinya: ”Beliau shollahu ‘alaihi wa sallam, tidak keluar kecuali karena kebutuhan manusia dan ia tidak bertanya mengenai orang sakit kecuali sambil lewat. (Mutafaq ‘alaih dari hadits Aisyah)

Berturut-turut itu terputus dengan bersetubuh dan tidak terputus karena mencium. Dan tidak mengapa dengan memakai harum-haruman, aqad nikah, makan, minum, tidur, dan mencuci tangan ditempat cuci tangan didalam masjid. Seluruhnya itu kadang-kadang dibutuhkan dalam berturut-turut itu, dan berturut-turut itu tidak terputus dengan keluarnya sebagian anggota badannya. Demikian diterangkan dalam Kitab Ihya Ulumuddin.

كَانَ صلى الله عليه وسلم يُدْنِىْ رَأْسَهُ فَتُرَجِّلُهُ عَائِشَةُ رضي الله عنها وَهِيَ فِيْ الْحُجْرَةِ

Artinya: Beliau s.a.w. mendekatkan kepalanya lalu Aisyah r.a. menyisir (nya) dan Aisyah didalam kamarnya. (Mutafaq ‘alaih dari hadits Aisyah)

Manakala orang yang i’tikaf itu keluar karena untuk menunaikan kebutuhannya maka apabila ia kembali, maka seyogyanya ia memper baharui niat, kecuali apabila ia niat dulu sepuluh hari misalnya, dan yang paling utama adalah dengan pembaharuan niat itu.

Bapak-bapak dan ibu-ibu kaum muslimin wal-muslimat rahimakumullah. Pengertian beberapa keterangan di atas in syaa allah biasa kita fahami bahwa:

  1. Mulai malam tanggal 21 Ramadhan, kita harus lebih mengutamakan ibadah lebih dari biasanya.
  2. Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan berusaha keras untuk langgeng dalam beri’tikaf.

I’tikaf artinya berdiam diri di dalam Masjid dengan khusyu mengingat segala keagungan Allah dan rendah diri.

Pengertian I’tikaf

I’tikaf berasal dari bahasa Arab akafa. yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah (introspeksi) atas perbuatan-perbuatannya.

Orang yang sedang beriktikaf itu disebut mutakif. I’tikaf dalam pengertian bahasa berarti berdiam diri yakni tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian syari’ah agama, I’tikaf artinya berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu kapan saja dan lebih diutamakan pada bulan Ramadhan, lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.

Jenis I’tikaf

Ada dua maca I’tikaf yang disyari’atkan: yaitu I’tikaf sunah dan I’tikaf wajib

  1. I’tikaf Sunah: adalah iktikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk mendekatkan diri dan mengharapkan ridha Allah SWT seperti; iktikaf 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
  2. I’tikaf Wajib: adalah iktikaf yang disebabkan nadzar,

Tujuan I’tikaf

Tujuan dari melakukan I’tikaf adalah:

  1. Untuk menghidupkan sunnah sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam rangka pencapaian ketakwaan hamba.
  2. Menunggu untuk turunnya Lailatul Qadar yang nilainya sama dengan ibadah seribu bulan sebagaimana
  3. Bagian dari penghormatan kita dalam memeriahkan bulan Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah swt.
  4. Kesadaran Iman kepada Allah dan tawadlu’ di hadapan-Nya, bahwa kita adalah mahluk Allah yang lemah.

Sahnya I’tikaf

I’tikaf bisa syah jika dilakukan di masjid dan memenuhi rukun-rukunnya yaitu:

Sebab niat adalah kunci segala amal hamba Allah yang betul-betul mengharap ridha dan pahala dan sebaiknya niat I’tikaf itu dilafalkan

Niat I’tikaf

Lafadz Niat I’tikaf Bagi orang yang sudah terbiasa mengucapkan niat adalah sbegai berikut:

بسم الله الرّحمن الرّحيم نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِيْ هَذَا الْمَسْجِدِ تَقَرُّبًا إِلَى اللهِ تَعَالَى

Dengan nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang, Saya niat beri’tikaf di Masjid ini karena untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.

Ma’asyirol-muslimin wal-muslimat rohimakumullah, mungkin hanya ini dapat kami sampiakan, kurang dan lebihnya kami mohon ma’af. Terimakasih atas segala perhatian dan mohon ma’af atas segala khilaf dan kekurangan.

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ ثُمَّ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

Demikian ulasan materi kultum ramadhan mengenai; I’tikaf Ramadhan Pada Sepuluh Hari Terakhir – Semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua.Terimakasih atsa kunjungannya.