Kisah Nabi Ismail Kelahiran sampai Perintah Berkurban

Posted on

Kisah Nabi Ismail Kelahiran sampai Perintah Berkurban – Pada kesempatan ini akan membahas mengenai Kish Nabi Ismail. Yang mana dalam pembahasan kali ini menjelaskan kish nabi Ismail seorang anak yang saleh mulai dari kelahiran sampai di perintah untuk berkurban. Untuk lebih jelasnya simak artikel Duta Dakwah mengenai Kisah Nabi Ismail berikut ini.

Kisah Nabi Ismail Kelahiran sampai Perintah Berkurban

Sejak kecil sering kali kita mendengar berbagai macam mengenai kisah para Nabi dan Rasul yang memiliki sifat keteladanan dan kebaikan masing-masing. Terutama akan kisah dari 25 Nabi dan Rasul yang diberikan karunia berbagai macam mukjizat oleh Allah Taala. Mulai dari Nabi Adam sebagai Nabi pertama sampai Nabi Muhammad SAW sebagai penutup atau biasa disebut dengan Khatamun Nabiyyin.

Dari tiap Nabi memiliki pengalaman yang berbeda-beda di masanya. Walaupun demikian, seluruh Nabi memiliki sifat baik dan kebijaksanaan dalam mengahadapi berbagai macam ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Pada tiap kisahnya, umat muslim bisa mengambil kebaikan dan menjadikannya sebagai contoh suri tauladan dalam menjalani kehidupan di dunia.

Salah satu dari kisah nabi yang  memiliki pesan yang mendalam dan penuh kebijaksanaan yaitu kisah Nabi Ismail. Nabi Ismail adalah anak dari Nabi ke 6 yaitu Nabi Ibrahim sebagai utusan Allah SWT. Dalam kisahnya, Nabi Ismail dan ayahnya mengalami berbagai macam peristiwa yang besar dan penuh haru.

Salah satu dari peristiwa yaitu penyembelihan Nabi Ismail yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam hal ini, Allah SWT menguji seberapa taat Nabi Ibrahim yang mana harus mempertaruhkan rasa cinta dan sayangnya terhada sang anak. Sampai peristiwa asal muasal seruan Allah bagi seluruh umat muslim dalam untuk melaksanakan ibadah kurban.

Kisah Kelahiran Nabi Ismail

Diceritakan sebelumnya bahwa Nabi Ibrahim beserta Sarah istrinya, belum kunjung dikarunia seorang anak. Nabi Ibrahim pun selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT, agar diberikan anugerah seorang anak yang saleh dan taat kepada-Nya.

Suatu waktu, istri Nabi Ibrahim mengetahui apa yang diharapkan oleh suaminya itu. Namun Sarah tidak dapat mewujudkan keinginan suaminya sebab dia memiliki kondisi Rahim yang mandul.

Selanjutnya, Sarah memperoleh satu rencara agar dapat mendekatkan Ibrahim dengan budaknya yang bernama Hajar untuk menikah. Sarah pun berharap, dengan terjadinya pernikahan itu Nabi Ibrahim dapat memperoleh seorang anak yang saleh dari pernikahannya dengan Hajar.

Kemudian pada suatu saat, Sarah mengutarakan rencana itu kepada sang suami. Selanjutnya Anbi Ibrahim berkata, “Kita harus menanyakannya terlebih dahulu kepada Hajar, apakah dirinya setuju atau tidak.”

Lalu Ibrahim dan Sarah pun menanyakan kepada Hajar, dan Hajar pun menyetujuinya. Singkat cerita, Nabi Ibrahim dn Hajar menikah dan hajar akhirnya bis mengandung anak dari suaminya. Kemudian, setelah mengandung selama 9 bulan lamanya. Hajar akhirnya melahirkan seorang anak yang dinamakan Ismail. Dikatakan bahwa kelahiran Nabi Ismail adalah jawaban dari doa yang selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.

Bukan tanpa alasan dimana istri dari pada Nabi Ibrahim memiliki kondisi Rahim yang mandul. Hal demikian membuat dirinya tidak dapat mengandung soerang anak.

Nabi Ismail dan Ibunya di Makkah

Selang beberapa saat setelah kelahiran Ismail, Allah lalu memerintahkan Nabi Ibrahim agar pergi membawa Hajar dan anaknya menuju Mekkah. Tanpa berpikir panjang, Nabi Ibrahim pun segera menuruti perintah yang diberikan oleh Allah dengan membawa Hajar dan Ismail pergi melewati gurun. Kemudian berhenti didekat tempat yang saat ini berdirinya bangunan Kabah.

Tidak berselang lama seusai sampai disana, Nabi Ibrahim lalu pergi meninggalkan Hajar dn Ismail di tempai itu untuk kembali ke Syam. Hajar pun seketika memegang baju Ibrahim kemudian berkata, “Wahai Ibrahim, Kamu hendak pergi kemana? Apakah Kamu hendak meninggalkan Kami di lembah yang tidak ada seorang pun atau sesuatu papun disini?” hajar pun terus menerus mengulangi pertanyaannya, namun tidak ada satu kalimat yang keluar dari mulut Ibrahim.

Bahkan Ibrahim pun tidak menoleh sedikit pun untuk merespon perkataan istrinya itu. Sampai akhirnya Hajar berkata, “Apakah Allah SWT memerintahkan Kamu atas semua ini?” lalu seketika Ibrahim menjawab “Ya”. hajar pun dapat menerimanya dengan berkata, “ Kalau begitu Allah tidak akan menelantarkan Kami.”

Bukit Shafa dan Marwah

Semenjak telah menadapatkan jawaaban tersebut, Hajar segera kembali ke tempatnya yang semua bersam dengan Ismail. Sedngkn Ibrahim kembali melanjutkn perjalanan menuju ke Sym. Dalam perjalanannya, Ibrahim selanjutny mengahadap ke Kabah dan mengangkat kedua tangannya kemudian berdoa kepada Allah Taala.

Doa tersebut terdapat dalam QS. Ibrahim ayat 37, yakni:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Disisi lainnya, Hjar kembali menemui Ismail dan mulai menyusuinya. Selama beberapa hari Hajar hidup dengan persediaan minum yang telah ia bawa sebelumnya. Namun tiba pada suatu hari, persediaan air tersebut semakin lama semakin habis. Hajar menjadi haus, begitu pula dengan bayinya. Ismail kecil hanya dapat menangis saat Ia kehausan. Dimana hajar hanya dapat memndngnnya dengan rasa kasihan. Sebab tidak tertahankan, Hjar selanjutny pergi meninggalkan Ismail untuk mencari bantuan.

Sesmpinya Ia pada bukit Shafa yakni sebuah gunung yang tidak berjauhan dengan tempat yng semul bersama Ismail. Hajar berdiri di bukit itu dengan menghadap ke lembah untuk mencari keberadaan mnusia lainnya yang dapat membantunya. Namun Ia tak kunjung melihat stu orang pun yang ada disana.

Lalu Hajar memutuskan untuk pergi ke lembah smpi ke bukit Mrwah. Ia menciba berdiri dan mencari pertolongan, namun tetap saja tidaak menemukan satu orang pun yang terlihat disna. Bahkan Hajar melakukan perjalanan dari Shafa menuju Marwah sampai 7 (tujuh) kali, namun masih tetap sja Nihil.

Sat ia berada pada puncak Marwah, Ia mendengan sesuatu. Lalu ia berusaha untuk diam dan kembali mendengarkan suara itu secara seksama. Seketika suara itu muncul kembali, “Engku telah memperdengarkan suaramu, bil engku bermaksud memberikan bantuan.”

Ternyata suara itu adalah suara dri malaikat Jibril yang berada di dekat sumber air zam-zam. Lalu Jibril mengambil air dengan sayapnya smpi air keluar memancar. Akhirnya Hajar bisa meminum dn dpat kembali menyusui bayinya.

Selanjutnya malaikat Jibril berkata, “Janganlah engkau takut ditelantarkan, sebab di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dn sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”

Kedatangan Suku Jurhum

Kisah Nabi Ismail dan ibunya yakni Hajar yang tinggal di Makkah masih terus berlalu. Sampai datanglah sekelompok Suku Jurhum yang datang dari bukit Kada’. Dari bagian bawah Makah, mereka melihat sekelompok burung yang berputar-putar pada suatu wilayah.

Mereka berharap, agar burung yang berputar tersebut adalah tanda akan adanya sumber air. Kemudian mereka mengirimkan 2 (dua) orang untuk mendatangi lokasi burung itu. Dan benar ternyata para burung itu mengelilingi sumber air. Kemudian dua orang dari suku Jurhum kembali dengan segera untuk memberitahu kepad kelompoknya.

Setelah itu, mereka secara serentak mendatangi sumber air itu. Saat itu, Hajar sedang duduk yang berdekatan dengan sumber air. Lalu salah satu dari suku Jurhum berkata, “Apkah Engkau mengizinkan kami untuk singgah bergabung denganmu di tempat ini?” kemudian Hajar menjawb, “Ya, silahkan. Namun kalian tidak berhak memiliki air.” Kemudian mereka pun menyetujuinya.

Hajar pun senang dengan adanya keluarga Jurhum. Dirinya tidk akan meras kesepian lagi dan mereka pun akhirnya tinggal bersaama dengan rukun. Bahkan Ismail mulai belajar bahasa Arab dari keluarga Jurhum. Ismail kian tumbuh menjadi anak yang pintar dan berakhlak mulia seperti yang telah diajarkan oleh ibunya. Hari demi hari telah berlalu, Ismail pun tumbuh menjadi sosok yang dewasa. Saat seperti inilah ia akan bertemu dengan Ayahnya yakni Nabi Ibrahim As.

Mimpi Nabi Ibrahim dan Perintah Berkurban

Setelah bertemu dengan Ayahnya yakni Ibrahim yang datang menemui untuk melepas rasa rindu. Nabi Ibrahim lalu dapat menjalani hari bersama dengan anaknya yang tercinta. Kemudian pada suatu hari, Ibrahim bermimpi bahwa ia menyembelih putranya yakni Ismail. Setelah Ia terbangun, ia menyadari bahw mimpi itu adalah petunjuk dari Allah Swt.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. As Shafat ayat 102, yakni:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Lalu, Nbi Ibrahim pun membaw Ismail ke Mina. Setelah sampinya disana, Ibrahim mengikat kain di atas muka anaknya agar ia tidak dapat meliaht raut wjah sang anak yang dapat membuatnya terharu. Keduanya pun telah berpsarah diri dan menyerahkan diri kepada Allah Swt. Setelah itu, Ibrahim mendengar seruan llah Swt,

“Wahai Ibrahim, sesungguhnya Kmu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasn kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhny ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”

Tak lama setelah itu, malaikat Jibril membaw kambing besar dn meletakkannya sebgai pengganti Ismail yang akan disembelih. Dri peristiwaa inilah yang mana turun perintah Allah bagi seluruh umat muslim untuk menunaikan kewajiban berkurban.

Kisah Nabi Ismail Kelahiran sampai Perintah Berkurban

Demikian penjelasan mengenai Kisah Nabi Ismail Kelahiran sampai Perintah Berkurban, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan Anda.