Hubungan Antara Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid

Posted on

Hubungan Antara Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid – Kali ini Dutadakwah akan menjelaskannya. Ilmu Akhlak adalah kehendak dari jiwa manusia sehingga dapat menimbulkan perbuatan yang baik, mudah karena keterbiasaan. Menurut Islam, akhlak yang baik adalah akhlak yang harus berpijak pada keimanan.

Hubungan Antara Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid

Iman tidak hanya sekedar tersimpan dalam hati, akan tetapi dilahirkan dalam bentuk perbuatan nyata dan dalam bentuk amal shaleh ataupun tingkah laku yang baik. Jika amal shaleh tersebut terlahir karena adanya dorongan dari iman, maka dapat dikatakan bahwa iman tersebut hampirlah sempurna karena dapat terealisasi. Jadi jelas bahwasanya akhlakul karimah adalah bagian daripada mata rantai iman.

Ilmu Tauhid

Sedangkan ilmu tauhid adalah ilmu ushuludin. Yakni ilmu pokok agama yang menyangkut ihwal akidah dan keimanan. Nah untuk mengetahui lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Harun Nasution, Ilmu tauhid merupakan ilmu yang membahas tentang cara-cara meng-Esakan Tuhan, sebagai salah satu sifat yang terpenting diantara sifat-sifat Tuhan lainnya. Ilmu tauhid dinamakan dengan ilmu ushul-al-Din, karena ia membahas soal-soal theologi dalam Islam, dan tauhid adalah masalah yang poko dalam ajaran Isam. Hubungan antara ilmu akhlak dan ilmu tauhid seminimalnya dapat dilihat dari empat analisis, dan pada artikel ini akan dijelaskan. Berikut penjelasannya:

1. Dilihat Dari Segi Objek Pembahasannya

Ilmu tauhid membahas masalah Tuhan baik dari segi dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan manusia, sehingga perbuatan yang dilakukan manusia itu akan tertuju semata-mata karenaAllah SWT. Dengan demikian ilmu Tauhid  akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia.

Allah Berfirman dalam Q.S Al-Bayyinah:5

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. Dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

2. Dilihat Dari Segi Fungsinya

Ilmu Tauhid akan menghendaki seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam beserta dalil-dalilnya. Akan tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subjek yang terdapat didalam rukun iman itu. Jika kita percaya bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat Tuhan itu Allah SWT. Contoh: bersifat al-rahman dan al-rahim( Maha Pengasih dan Maha Penyayang) dan maka manusia sebaiknya meniru sifat tersebut dengan mengembangkan sikap kasih sayang dimuka bumi.

1. Allah SWT bersifat dengan Asma’ul Husna yang jumlah nya ada sembilan puluh sembilan (99), maka asma’ul husna itu harus dipraktekkan dalam kehidupan. Dengan cara yang demikian maka beriman kepada Allah akan memberi pengaruh terhadap pembentukkan akhlak yang mulia.

2. Demikian juga jika seseorang beriman kepada para malaikat, maka yang dimaksudkan disini adalah agar manusia meniru sifat-sifat yang terdapat pada malaikat, seperti jujur, amanah, tidak pernah durhaka, dan patuh melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Percaya yang dimaksudkan adalah percaya bahwa manusia selalu diawasi dan diperhatikan oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani melanggar larangan Tuhan. Dengan cara demikian, percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan akhlak yang mulia.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an

QS. Al-Tahrim : 6

عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya:” (Malaikat-malaikat) itu tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At-Tahrim:6)

3. Demikian pula beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Tuhan, khususnya Al-qur’an, maka secara akhlaki harus diikuti dengan upaya menjadikan Al-Qur’an sebagai wasit, hakim, serta iman dalam kehidupan. Beriman kepada kitab khususnya kitab Al-Qur’an harus disertai dengan akhlak yakni akhlak Al-qur’an. Sehingga iman kepada kitab erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang mulia.

4. Beriman kepada Rasul, khususnya nabi Muhammad Saw. juga harus disertai dengan upaya mengikuti atau mencontoh akhlak Rasulullah dan mencintainya. Dalam firman Allah dikatakan bahwa nabi Muhammad Saw. itu berakhlak mulia.

Firman Allah dalam Al-qur’an Surat Al-qalam

Diterangkan didalamnya Sebagaimana terdapat didalam QS. Al-Qalam ayat 4 Allah berfiman:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Dan firmanNya juga dalam QS. Al-Ahzab ayat 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Ayat-ayat tersebut memberikan petunjuk dan mengingatkan kepada manusia bahwa pada diri Rasulullah itu sudah terdapat contoh akhlak mulia.Hal tersebut dinyatakan dalam Al-qur’an maka maksdunya adalah agar diamalkan. Bagiamana caranya??? Caranya adalah dengan mengikuti perintahnya dan mencintainya.

Hubungan Antara Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid
Hubungan Antara Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid

Demikianlah penjelasan mengenai  Hubungan Antara Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid. Semoga dapat bermanfaat. Terimakasih 🙂