Khutbah Idul Fitri: Raih Kesucian Diri di Hari Yang Fitri

Posted on

Khutbah Idul Fitri: Raih Kesucian Diri di Hari Yang Fitri -Pada kesempatan kali ini Duta Dakwah akan menyampaikan Khutbah Hari Raya Fitri tentang: Raih Kesucian Diri di Hari yang Fitri, Yang mana dalam pembahasan kali ini kami sampaikan secara sederhana dan dikemas menjadi teks khutbah. Dan bisa juga klik judul yang⇒: Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran Untuk lebih jelasnya silahkan simak ulasan berikut ini.

Khutbah Idul Fitri: Raih Kesucian Diri di Hari Yang Fitri

Meraih Kesucian Diri di Hari Yang Fitri adalah merupakan suatu keniscayaan untuk meraihnya. Oleh karenanya mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraihnya. Materi khutbahnya bisa dibaca di bawah ini:

Khutbah Pertama

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر  

الْحَمْدُ للهِ الَّذِى عَادَ عَلَيْنَا نِعْمَهُ فِى كُلِّ نَفْسٍ وَلَمْحَاتٍ وَأَسْبَغَ عَلَيْنَا ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ اللهُ أَكْبَرُ أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ وَالْحَاضِرَاتِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْ تُنَّ إِلَاّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْا نَعْمَتَ اللهِ الَّتِيْ وَصَلْنَا لِلْإِيْمَانِ وَوَصَلْنَا إِلْى الْعِيْدِ الْفِطْرِ الْمُبَارَكِ. فَيَا إِخْوَانِىَ الْكِرَامَ! هَذَا يَوْمُ الْعِيْدِ،  الْيَوْمَ حَرَمَ اللهُ عَلَيْنَا الصِّيَامُ وَاَحَلَّ اللهُ لَنَا فِيْهِ الطَّعَامُ. أعوذ بالله من الشيطان الرَجيم  بسم الله الرحمن الرحيم نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ

اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْد،  وقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم. بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنَا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ. يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيْهَا مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً. أَوْ يُمْسِي مُؤْمِناً وَيُصْبِحُ كَافِراً. يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Hadhirin Kaum muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Merupakan suatu keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan “Alhamdulillah” karena kita telah dianugrahi bermacam kenikmatan yang tidak bisa kita hitung satu persatu. Mudah-mudahan kenikmatan yang senantiasa kita syukuri ini akan selalu ditambah oleh Allah SWT dan kita dikelompokan menjadi kaum yang pandai bersyukur. Amin ya Rabbal Alamin.
Kita sebagai Ummat Nabi Muhammad saw Nabi yang terakhir, sudah semestinya kita senantiasa bershalawat dan bersalam kepada belia saw. Jangankan kita manusia, Allah dan para Malaikat saja selalu bershalawat kepada beliau saw. Mudah-mudahan kita termasuk ummatnya yang akan mendapatkan hidayah dan syafaat bilau di yaumil akhir nanti. Amin.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat ‘Idulu Fitri rahimakumullah,

Saat ini kita semua bisa merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Kita semua sudah sampai pada hari yang mana kita kembali ke fitri dan kita bisa menunaikan ibadah shalat ‘id bersama-sama dengan keluarga tercinta di tempat yang mulia ini. Ini hari adalah hari kemenangan bagi insan yang beriman yaitu yang menjalankan Ibadah puasa Ramadhan selama 1 bulan penuh. Hari ini adalah hari kemenangan orang beriman yang berpuasa satu bulan penuh dimana ia dikembalikan kepada fitrahnya, kepada kesuciannya seperti bayi yang baru dilahirkan.

Berpuasa karena Iman

Sebagaimana Nabi Muhammad saw. Bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena  imana dan dilaksanakan dengan benar, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

Kaum muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,

Perjuangan di Bulan Puasa adalah suatu perjuangan keimanan. Dimana Iman kita diuji apakah lebih cendrung untuk mengikuti ajakan syetan untuk tidak menunaikan puasa dengan menahan haus dan lapar ataukah menta’ati perintah Allah SWT untuk mendapatkan julukan orang-orang yang bertaqwa. Banyak kita lihat bersama selama bulan Puasa, masih ada di seputar kita orang yang mengaku Islam dengan mudahnya tapi merak tidak puasa dan terkadang dengan rasa tidak malu memperlihatkan diri dengan makan dan minum ditempat umum.

Semestinya kita semua menyadari sepenuhnya bahwa Ramadhan adalah Bulan yang Suci. Sa’at untuk  berusaha meningkatkan keimanan, menambah ibadah kita. Kita semua harus mampu mengalahkan rasa lapar. Dan Kita harus bisa menahan rasa haus. Ramadhan ialah waktu untuk Pastabiqul-Khairot meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah. Bukan justru malah sebaliknya kemaksiyatan sengaja diumbar padahal itu perbuatan dosa.

Bulan Suci telah berlalu. Dimana pada bulan itu kita selalu mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Quranul-Karim di Masjid dan Mushalla-Mushala, semoga mereka dirindukan syurganya Allah SWT amiin.

Hanya di bulan suci Ramadhanlah, Allah memberikan kesempatan kepada semua hambanya untuk beribadah yang nilainya setara dengan seribu bulan. Allah telah menurunkan sebuah malam walaupun hanya satu malam, akan tetapi apabila kita bertemu dengan malam tersebut, berarti kita sudah beribadah sama denga seribu bulan. Malam itu ialah yang lebih dikenal dengan sebutan malam laolatil qadar.

Ma’asyirol Muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Dengan berlalunya bulan suci Ramadhan di sini ada sebuah pertanyaan bagi kita semua. Apa yang sudah didapat oleh kita pada bulan suci tersebut? Mungkinkah klita diberikan kesempatan lagi oleh Allah SWT untuk bertemu lagi dengan Ramadhan yang akan datang? Atau justru sebaliknya kita tidak akan lagi dapat kesempata kesuciannya Bulan Ramadhan tahun depan? Kita akan berpisah dengannya, saudara saudari yang saat ini berada disamping kana dan kiri kita,tidak ada jaminan sampai tahun depan akan seperti yang kita rasakan sa’at ini, Barangkali kita akan berpisah dengan anak, istri, suami, ibu dan bapak kita, atau dengan keluarga dan orang-orang yang sangat kita cintai.

Duh hai Allah.. berikanlah kepada kami umur panjang hingga ada kesempatan ibadah di bulan suci Ramadha yang akan datang. Kami yakin pintu rahmat-Mu selalu terbuka. Kami memohon kepadaMu akan senantiasa menerima amal ibadah kami semua. Sebelum ajal menjemput kami. Amin.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Bersyukur akan Ni’mat Allah

Kaum  muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia,

Pada hari ini, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk selalu mengagungkan Nama dan ciptaanNya dengan lantunan suara takbir, tahmid dan tahlil. Sesudah kita menyelesaikan ibadah puasa di Bulan Ramadhan, selain ittu juga kita diwajibkan mengungkapkan rasa syukur terhadap jutaan nikmat yang yang Allah anugrahkankepada kita. Sudah sepantasnya kita bersyukur dan bersujud, seraya berharap mudah-mudahan kita termasuk orang yang pandai mensyukuri nikmat. Demikian ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 185 yang berbunyi:

وَلِتُكْمِلُوْا العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلىَ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu semoga kamu bersyukur (kepada-Nya).”

Dengan lantunan gemuruh suara takbir saat ini, mari kita patrikan dalam hati kita bahwa Allah adalah Dzat yang paling besar. Ketika takbir kita lantunkan saat berpuasa kita juga meneguhkan untuk mempersempit pengaruh hawa nafsu dan mengagungkan kebesaran Allah didalam hati sanubari kita.Terus apa sebenarnya tujuan kita selalu takbir dalam kehidupan kita ini?

Kaum Muslimin  rahimakumullah,

Takbir mengajarkan kita agar senantiasa mengecilkan hal-hal duniawi yang sering kita agung-agungkan dalam kehidupan kita. Kita harus mengakui bahwa sering kali kita takbir dalam shalat tetapi diluar shalat kita masih sering membesar-besarkan kekayaan, kekuasaan dan kedudukan. Diluar shalat kita masih merasa bangga diperbudak oleh nafsu dengan memaksa orang lain untuk menuruti kemauan kita.

Kita sering takbir dalam shalat akan tetapi dalam keseharian kita ditengah-tengah masyarakat sering melupakan Allah SWT. Mulut kita bertakbir tapi hati kita dihinggaapi dengan rasa takabbur. Bahkan terkadang kita sering merasa paling penting, paling gagah dan paling segalanya. Terkadang kitaa sering memanfaatkan keduduka atau jabatan. Padahal yang semestinya Jabatan, Kedudukan harta dan gelar yang itu dipergunakan untuk kemaslahatan ummat namun sangat disayangkan malah justru dimanfaatkan untuk kerusakan dan keperluan pribadi

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin  rahimakumullah,

Sebagai Insan  beriman kita harus meyaqini bahwa hanya Allah saja lah yang paling maha besar, sedangkan selain Allah adalah kecil dan lemah. Sadarlah, bahwa semua materi dunia yang menjadi kebanggaan kita selama ini semuanya itu kecil dan tidak mempunyai arti sama sekali jika dibandingkan dengan keagungan Allah SWT. Di dalam kehidupan yang fana ini tidak pantas bagi kita mendewa-dewakan jabatan dan kekayaan. Karena semua itu pasti akan kita tinggalkan sebab semua hanya itu titipan saja yang sewaktu-waktu akan diambil kembali oleh pemiliknya yakni Allah SWT.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ridhanya Allah karena Ridhanya Orang Tua

Kaum  muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia,

Selain dari meninggalkan keangkuhan diri, mari kita juga senantiasa berbuat baik terhadap sesama. Apalagi kepada sosok yang paling berjasa didalam kehidupan kita ini, siapa beliau dialah orang tua kita yangb telah mengurus kita sejak kita masih dalam kandungan sampai kita sekarang sudah berkeluarga, beliahlah pahlawan kita beliau pejuang tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa. Dalam ajaran Syari’at Islam kita diperintahkan untuk memuliakan kedua orang tua dengan memperlakukannya secara baik dalam bentuk ucapan, sikap dan prilaku kita. Orang tua adalah Keramat kita di dunia. Ridhanya orang tua akan menjadi sumber kesuksesan hidup kita didunia. Sebaliknya kemarahan orang tua itu merupakan suatu bencana di dalam kehidupan kita. Sebagaiman kita tahu bahwa:

رِضَا اللهِ فىِ رِضا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُهُ فِى سُخْطِهِمَا

“Ridhanya Allah itu tergantung kepada ridhanya orang tua dan murkanya Allah juga tergantung kemarahan orang tua”
Kaum Muslimin  rahimakumullah,

Merupakan sebuah kebahagiaan bagi kita yang orang tuanya masih hidup dan dalam keadaan. Apalagi sosok ibu yang telah bersusah payah melahirkan kita kedunia. Ibu ialah sosok yang paling berjasa beliau yang dapat menghantarkan kita ke surganya Allah. Bagaimana kabar beliau hari ini? Sudahkah kita menengoknya? Semakin hari beliu semakin bertambah tua usianya. Kesehariannya sudah mulai ditinggal pergi oleh anak-anaknya. Dirumah ia tinggal sendirian dan sudah tak berdaya dengan kondisi kesehatan yang semakin membuat beliau bertambah lemah. Sebetulnya pasti keinginan bekerja masih ada namun apa daya tenaga sudah tidak memungkinkanya. Akhirnya hanya bisa berpasrah diri dan mengubur dalam-dalam semua isi hatinya sambil berharap ada anak-anaknya yang memperhatikan dan peduli kepadanya. Ya Allah Ampuni dosa kedua orang tua kami, kasih sayangilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka menyayangi kami dikala kami kecil, Ya Allah bukakan pinti hati kami untuk bias berbuat baik kepada ibu bapak kami.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Jam’ah Shalat ‘id  rahimakumullah,

Inilah sa’at-sa’at penting bagi kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita. Inilah kebun amal bagi kita sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Jikalau kita dengan ikhlas peduli, memberikan kasih sayang dan membantu meringankan beban hidupnya yakinlah… surga balasannya dari Allah. Perjuangan dan Jasa mereka tidak akan bisa terbalas oleh kita. Demi Allah… sebanyak apapun yang pernah kita serahkan, apa pun yang pernah kita berikan kepada orang tua kita, tidak akan seimbang dengan perjuangan beliau yang telah membesarkan kita.

Marilah kita ingat semua perjuangan mereka ketika kita masih kecil yang tak bisa berbuat apa-apa. Dengan penuh cinta beliau menggendong kita, mencium kita dan merawat kita sampai kita dewasa bisa seperti sekarang ini. Lalu bagaimana sebaliknya ketika pada saat ini? Lakukanlah sebisa mungkin untuk berbuat baik kepadanya.

Di hari yang fitri inilah sa’at yang tepat bagi kita untuk menyalami kedua tangannya yang sudah nampak keriput dimakan usia. Peluklah tubuhnya, Ciumlah kedua seraya bersimpuh meminta maaf kepadanya. Pintalah keridhoannya Pintalah keikhlasannya untuk bekal kehidupan kita. Dan mari berdoa agar beliau selalu mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan dari Allah SWT. Mudah-mudahan mereka tetap terjaga Iman Islamnya dan ketika Ia dipanggil oleh Allah SWT mereka menjadi hamba yang khusnul khatimah serta kita juga diberikan ketabahan untuk menghadapinya.

Namu jika mereka saat ini sudah berpisah dengan kita mereka sudah menjadi penduduk kubur. Maka marilah kita sempatkan  untuk berziarah ke makam mereka.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Demikian khutbah ini kami sampaikan mudah mudahan bermanfa’at dan mendapatkan Ridha Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَاتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Idul Fitri Raih Kesucian Diri

Khutbah II

خطبة كدوا

الله اكبر ۷× اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرّا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لَااِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّٰهِ الْحَمْدُ . الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ وَصَوَّرَهُ مِنَ الْعَدَمِ، وَقَدَّرَ رِزْقَهُ وَاَجَلَهُ وَعَلَيْهِ بِكَأْسِ الْمَنُوْنِ قَدْ حَكَمْ، اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ الْاَلَمْ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَرَفَ اللهُ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ وَبِهِ خَتَمْ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ {اَمَّابَعْدُ} يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، قال الله تعالى : فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٌ فَعَسَى اللّهُ أَن يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِّنْ عِندِهِ فَيُصْبِحُواْ عَلَى مَا أَسَرُّواْ فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِ يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وءالهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ آمين يَا مُجِيْبَ السَـائِلِيْن اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ اَللَّهُمَّ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ  وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ   اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا وَضُوْئَنَا وَصَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَتَحْمِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَلاَ تَضْرِبْ بِهَا وُجُوْهَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِوالحمد لله رب العالمين

Demikian ulasan Khutbah Idul Fitri: Raih Kesucian Diri di Hari yang Fitri Semoga dapat memberikan manfaat bagi para calon khotib hari raya fitri. Mohon ma’af biala ada kesalahan dalam penulisan baik teks arabnya maupun teks indonesianya .Terimakasih.