Khutbah Idul Fitri: Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran

Posted on

Khutbah Idul Fitri: Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran -Pada kesempatan kali ini Duta Dakwah akan menuliskan Khutbah Hari Raya Fitri tentang Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran Yang mana dalam pembahasan kali ini kami sampaikan secara sederhana dan dikemas menjadi teks khutbah. Untuk lebih jelasnya silahkan simak ulasan berikut ini.

Khutbah Idul Fitri: Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran

Meraih Kesuksesan Ramadhan itu yanmg menjadi tujuan, oleh karenanya mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraihnya.

Khutbah Pertama

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَأَعَانَناَ عَلىَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاسِ. نَحْمَدُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَهِدَايَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyirol muslimin Rahimakumullah.

Hari raya  momen Idul Fitri secara umum hampir selalu diwarnai dengan kegembiraan, kecuali saudara-saudara kita yang sedang mendapat musiab tentu mereka akan diwaranai dengan kesedihan. Gema takbir tahmid dab tahlil selalu dikumandangkan di malam harinya, kadang disertai aksi pawai takbir keliling kota, desa, kampong dan sebagainya. Pada pagi harinya juga secara umum mereka mengenakan pakaian serba baru, makan makanan yang khas dan istimewa, serta persiapan untuk pergi silaturahmi ke sanak saudara dan kerabat hingga berkunjung ke tempat-tempat liburan yang menarik.

Umat Islam merayakan momen ini yang sering mereka sebut sebagai “hari kemenangan”. Namun yang dimaksud kemenmangan di sini kemenangan atas apa?

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Idul Fitri datang apabila umat Islam menjalankan ibadah wajib yaitu puasa Ramadhan sebulan  bulan penuh. Selama bulan suci tersebut, mereka menahan lapar, haus, kebutuhan biologis, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai matahari terbenam. Ramadhan merupakan tempat kita berlatih menahan diri dari berbagai macam godaan yang bisa membuat kita lupa diri.

Latihan tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan terhadap perkara yang sebelumnya adalah halal, seperti minum danmakan, pada sa’at berpuasa kita terlarang untuk melakukanya itulah wujud melatih diri.

Ramadhan tentunya lebih dari sekadar latihan. Ia wahana penggemblengan diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya rahmat dan ampunan (maghfirah), serta kemerdekaan dari api neraka. Pekerjaan ibadah sunnah mendapat pahala senilai ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib mendapatkan pahala yang berlipat-lipat.

Kewajiban Puasa Ramadhan

Kita semua tau bahwa bahwa puasa itu hanya diwajibkan kepada orang-orang yang beriman sebagaiman Allah berfirman:

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم بسم الله الرّحمن الرّحيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Takwa adalah mempunyai niala paling tinggi untuk tingkat kemuliaan manusia.

Taqwa Standar Kemuliaan Manusia

Tingginya derajat kemuliaan manusia itu tergantung pada nilai ketaqwaannya, sebagaimana Allah berfirman dala surat Al-Hujarot ayat 13:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Takwa tidak bisa dicapai hanya dengan sebatas menahan lapar dan dahaga. Ada yang paling pokok perlu ditahan, yakni ketergantungannya manusia kepada hal-hal yang selain Allah. Insan yang berpuasa secara sungguh-sungguh maka ia akan mencegah dirinya dari segala bentuk perbuatan tercela seperti mengubar syahwat, berdusta, ghibah, merendahkan orang lain, pamer’, menyakiti orang lain dan sebagainya. Secara Ilmu Fikih Tanpa itu, puasa kita mungkin sah, hanya saja belum tentu berharga dalam pandangan Allah subhanahu wata’ala.

Rasulullah sendiri pernah bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)

Ma’asyirol muslimin Rahimakumullah.

Ramadhan sudah kita lewati dan tidak ada jaminan kita bakal bertemu dengan Ramadhan lagi, karena itu mari kita lihat, apa tanda-tanda kita telah mencapai kemenangan?”. Ada yang sesungguhnya kita khwatirkan di sini, jangan-jangan puasa kita masuk dalam sabda Rasulullah saw yang dbacakan tadi yaitu: “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.”

Jikalau standar capaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-tanda bahwa kita sukses telah melewati Ramadhan yang tak lepas dari tanda-tanda Al-Muttaqin. Jadi semakin tinggi taqwa kita, maka akan semakin tinggi juga kesuksean kita berpuasa. Begitu juga sebaliknya.

Ciri-ciri orang Taqwa

Kemudian, apa di antra ciri-ciri orang bertakwa? beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan diantara adalah Firman Allah:

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم بسم الله الرّحمن الرّحيم، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَـــافِينَ عَنِ النَّــاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُـحْسِنِــينَ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran: 134)

Jamaah shalat Idul Fitri Rahimakullah,

Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa di antara ciri orang bertakwa adalah. Pertama, gemar menyedekahkan sebagian hartanya baik kondisi senang ataupun dalam kondisi sulit.

Kedua, mampu menahan amarah. Marah memang naluri manusiawi. Akantetapi bagi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja.

Ketiga,  adalah suka memaafkan kesalahan orang lain.

Demikian khutbah ini kami samapikan mudah mudahan kita biasa mengambil inti sari dari materi ini semoga kita tetap dalam hidayah dan inaya Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَاتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ 7× اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ   “إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا”. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. اللهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

اللهُمَّ اَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Demikian ulasan Khutbah Idul Fitri: Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran Semoga dapat memberikan manfaat bagi para calon khotib hari raya fitri. Mohon ma’af biala ada kesalahan dalam penulisan baik teks arabnya maupun teks indonisianya .Terimakasih.